Penyampaian materi pada saat diskusi publik (dok. HPMW-Mataram) |
Narasi Indonesia.com, MATARAM-Himpunan Pelajar dan Mahasiswa Wera (HPMW)-Mataram melaksankan diskusi publik mengusung tema “Masa Depan Hutan dan Manusia Dalam Pusaran Kerusakan Ekologi di Kabupaten Bima”, kegiatan tersebut dihadiri oleh mahasiswa/i Bima yang ada di Mataram, pada Senin (28/11/2022).
Dengan momentum sekarang yang memasuki musim hujan, hampir setiap tahun terjadi banjir melanda setiap daerah, lebih khusus Kabupaten Bima. Oleh karena itu, pengurus HPMW Mataram beserta teman-teman maupun senior HPMW Mataram mengadakan suatu kegiatan yg bertajuk soal pembabatan Hutan.
Diskusi Publik yang dilaksanakan di Kedai 7 Kota Mataram tersebut dihadiri oleh empat narasumber yang sesuai dengan basic topik pembahasan. Adapun narasumbernya sebagai berikut: Julmansyah, S.Hut,. M.Ap (Kadis LHK Provinsi NTB), Dr. Alfisahrin, M.Si (WD 3 Politeknik MFH), Wahyudin, S.T,. M.Eng (Akademisi Lingkungan), dan Safran, S.H,. M.H (Dosen Hukum UMMAT).
Diki Wahyudin selaku Ketua Umum HPMW Mataram menyampaikan dalam sambutannya bahwa, kita terjebak dengan membahas selalu soal politik dan lain sebagainya. Saatnya memikirkan hal yang sangat fundamental lagi yakni persoalan kedaerahan.
“Kalau bukan kita siapa lagi yang mengkaji secara akademisi problwewm-problem kedaerahan yang cukup kompleks saat ini, oleh sebab itu dengan adanya diskusi publik ini dapat menghadirkan solusi maupun rekomendasi ke arah mana pembangunan daerah ke depannya,” terangnya.
Lebih lanjut ia menyampaikan pada kesempatan ini, yang diundang menjadi narasumber ada empat orang, dan alhamdulillah bisa hadir semua. Keempatnya memiliki bagian masing-masing. Ada yang membahas dari sisi politik, sosial budaya, dan pandangan Hukum.
Pembicaraan dimulai dari perwakilan DLHK, bagaimana upaya Pemerintah untuk meminimalisir terjadinya Pembabatan Hutan. Namun yang dibicarakan belum ada titik substansi dari yang seharusnya dibicarakan. Sehingga menghadirkan banyak pertanyaan. Tetapi saya belum memaparkan apa yang dipertanyakan dibagian ini.
Lanjut narasumber kedua, yang dipaparkan oleh Dr. Alfisahrin, M. Si. Semakin menarik pembahasan, karena mencoba bicara bagaimana masyarakat dan pemerintah harus sama-sama bermitra dalam menjaga ekologi. Masyarakat memiliki peran penting dalam menjaga hutan, begitupula dengan pemerintah. Karena mengingat selama ini yang menyebabkan banjir karena ulah tangan manusia terhadap hutan karena penggundulan. Sehingga, kalo disalahkan salah satu antara masyarakat atau pemerintah tida bisa, yang juga sama-sama manusia. Namun disisi lain pembabatan ini terjadi juga karena sebagai mata pencaharian petani.
Kemudian narasumber ketiga dipaparkan oleh Wahyudin, S.T., M.Eng. Dengan pandangan sebagai Akademisi Lingkungan, pembicara mencoba narasikan sebab-sebab dan yang bisa dihindarkan banjir terjadi ketika penggundulan hutan. Salah satunya dengan melakukan penghijauan kawasan yang telah dibabat sebelumnya, dengan begitu bisa dapat terjadinya suatu yang berefek bencana.
Dan yang Terakhir tentang pandangan Hukum, yang disampaikan oleh Safran, SH., MH. Lebih menekankan terhadap pemerintah untuk lebih serius menekan terjadinya pembabatan hutan secara ilegal sehingga tidak menyebabkan bankir.
Dari pemaparan diskusi ada dua poin penting yang dirangkum oleh HPMW Mataram sebagai berikut: (a) Pemerintah harus bisa menghadirkan terobosan agar masyarakat tidak mempertambah lahan baru untuk bercocok tanam. Seperti halnya memikirkan suatu lapangan pekerjaan lain selain dari bertani saja, (b) Masyarakat dan pemerintah bisa saling menjaga dan mengahdirkan suatu solusi dengan baik agar tidak terkesan saling menyalahkan satu sama lain.
Sudah seyogyanya kita sebagai pemuda dan mahasiswa sebagai agen Of Change mulai membicarakan hal-hal yang humanis. Sudah luarbiasa hanya dengan melakukan pembicaraan semacam ini, walau tidak bertindak dengan kongkrit. Jika ada orang yang mengatakan, jangan banyak bicara namun harus dengan suatu tindakan. Teringat statement Kanda Muhammad Akbar "karena tidak ada otak, yaa hanya bertindak saja tanpa dipikirkan terlebih dahulu, pungkasnya.*
Monta/NI