![]() |
Mahasiswa S3 Universitas Negeri Malang (UM) |
Kekuasaan ini umumnya didasarkan atas kepemilikian atas sumber-sumber yang bernilai, misalnya uang, status, dan pengetahuan. Selain berupa kontrol yang bersifat langsung dan fisik kekuasaan versi Van Dijk juga berbentuk persuasif, tindakan seseorang yang secara tidak langsung mengontrol dengan jalan memengaruhi mental, seperti kepercayaan, sikap, dan pengetahuan.
Dalam pandangan Van Dijk analisis wacana bahasa media memberikan perhatian besar pada apa yang disebut dengan dominasi. Dominasi diproduksi oleh pemberian akses khusus pada suatu kelompok dibandingkan dengan kelompok yang lain.
Ia juga memberi perhatian pada proses produksi lewat legitimasi melalui kontrol pikiran. Dalam banyak kasus kelompok elit/dominan memunyai akses yang lebih besar daripada kelompok yang tidak memiliki kuasa.
Oleh sebab itu, mereka yang berkuasa memunyai kesempatan yang lebih besar untuk akses terhadap media, dan juga memunyai kesempatan yang lebih besar untuk memengaruhi kesadaran publik.
Teori sistemik adalah teori sebuah makna sebagai pilihan, di mana sebuah bahasa atau sistem semiotik lain diartikan sebagai susunan pilihan antar jaringan (Halliday, 1990).
Ada empat pandangan utama teori ini (Eggins, 2004), keempat pandangan itu adalah: (a) bahasa itu fungsional (b) fungsi atau kegunaan menciptakan makna/fungsi yang bermakna (c) fungsi-fungsi/kegunaan bahasa dipengaruhi oleh konteks budaya dan konteks sosial tempat fungsi itu dipertukarkan (d) proses penggunaan bahasa adalah proses semiotik, yaitu proses membuat makna melalui pemilihan.
Halliday memandang bahasa sebagai fenomena sosial dan realisasi semiotik sosial, bahasa merupakan teks yang saling menentukan dan merujuk kepada konteks sosial.
Dalam teori ini bahasa terdiri atas tiga strata yaitu arti (semantik), bentuk (leksikogramatika), dan ekspresi (fonologi). Semiotik sosial menganalisis bahasa, wacana dan teks merupakan aktivitas semiotik.
Semiotik pemakaian bahasa terdiri atas semiotik konotatif dan semiotik denotatif.
Sebagai suatu sistem konotatif bahasa mengambil sistem semiotik lain untuk menjadi alat ekspresinya yaitu register (konteks situasi), genre (konteks budaya), dan ideologi, sedangkan sistem semiotik denotatif bahasa mempunyai alat ekspresi tersendiri, yaitu fonologi.
Memahami sifat-sifat dan fungsi-fungsi bahasa berarti harus memahami kesamaan aspek-aspek yang dimiliki semua bahasa-bahasa (misalnya properti apa yang dipunyai bahasa sebagai bahasa), dan perbedaan-perbedaan yang dimiliki bahasa satu dengan lainnya, memahami kualitas teks, mengapa sebuah teks bermakna demikian, serta mengapa teks dinilai demikian, memahami bagaimana bahasa itu bervariasi, menurut pengguna, dan menurut fungsinya untuk apa ia digunakan, untuk memahami hubungan antara bahasa dan budaya, dan bahasa dan situasi untuk menciptakan sistem-sistem, untuk menghasilkan dan memahami ujaran, dan memindahkan antara teks tulisan dan lisan).
Dengan demikian, teori-teori yang membahas mengenai bahasa yang merupakan sistem semiotik sosial dimana makna dianalisis secara fungsional.
Artinya bahwa seseorang menggunakan bahasa untuk mencapai tujuan dengan mengekspresikan makna sesuai konteks dengan menggunakan analisis fungsional.