Ketua paguyuban becak Kabupaten Probolinggo (dok. pribadi) |
Narasi Indonesia.com, JAWA TIMUR-Persoalan Seleksi Terbuka (Selter) Sektetaris Daerah (Sekda) Kabupaten Probolinggo masih terus menuai sorotan. Ada yang ngotot dengan keinginan PANSEL yang dibentuk oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Probolinggo dengan hasil yang meloloskan 3 nama peserta selter. Maupun yang menolak, karena menilai 3 nama peserta selter yang lolos itu kurang memiliki integritas dan terindikasi pesanan. Terlebih masih dibayang-bayangi persoalan hukum, karena pernah diperiksa dalam kasus OTT dan TPPU oleh KPK yang menyeret nama mantan Bupati Probolinggo, pada Kamis (8/12/2022).
Salah satu sorotan itu datang dari, Ketua Paguyuban Abang Becak Kabupaten Probolinggo, Syafi’i. Menurutnya, persoalan carut marutnya pelaksanaan Selter Sekda Kabupaten Probolinggo, harusnya dikembalikan kepada aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku. Apalagi dalam hal ini, Komisi Aparatur Sipil Negara (KASN) sudah mengeluarkan rekomendasi berupa penangguhan atas hasil selter.
“Kalau negara sudah menunda, berarti negara melihat bahwa memang ada aturan yang dilanggar, gitu saja kok repot,” ujar Syafi’i.
Dirinya menduga bahwa carut marut itu juga tak lepas dari dampak OTT yang mentersangkakan Mantan Bupati Probolinggo. Dimana dampaknya, ada sejumlah oknum yang bertindak dengan menyesatkan pikiran sejumlah pejabat. Tujuannya agar kepentingan yang dibawa dibalik Selter Sekda Kabupaten Probolinggo bisa tetap berjalan.
“Saya menyayangkan sikap para dalang yang mungkin pasca OTT ini sudah mulai kelaparan, sehingga memaksakan diri menyesatkan pendapat kepada Plt Bupati dan menyesatkan pikiran kepada kiai yang (maaf) beliau sebenarnya tak tau persoalan dan aturannya untuk menjadi Sekda harus seperti apa. Seperti KH Hafidzul Hakiem Noer, kasihan saya melihat menurut saya tak perlu di ikutkan ke tengah, malah sekarang ikut ke tengah (persoalan),” terang Syafi’i.
Bahkan, yang cukup memprihatinkan, ulama tersebut hingga bertindak Su’udzon. Yakni dengan menyebut bahwa KASN mempersulit proses Selter Sekda Kabupaten Probolinggo. Dimana menurut Syafi’i, hal itu tak lepas dari ulah oknum yang berkepentingan dibalik penyelenggaraan Selter Sekda Probolinggo.
“Sampai beliau bertindak Su’uzon dg mengatakan KASN Jangan mau diperalat kepentingan kelompok tertentu, pernyataan beliau ini kan aneh, satu sisi minta KASN jangan mau diperalat pihak luar, tapi beliaunya malah diperalat dan mau memperalat KASN untuk mengesahkan hasil 1 diantara 3 calon sekda yang menurut KASN salah, padahal Gus ini kan ma-sama dari luar, kan repot” jelasnya.
“Apakah Gus Hafidz salah? Tidak!, yang kurang ajar itu adalah dalang yang selama ini cari makannya lewat penguasa dan selalu berlindung dibalik penguasa. Gus Hafidz juga harus ingat Pesan Gus Dur, kalau tidak paham jangan mau diperalat, norok (ikut) ke tengah, Karena katanya Gus Dur, yang bikin rame ini kan yang tidak faham ikut ngomong,” imbuh Syafi’i.
Untuk itu, dirinya meminta agar oknum-oknum yang menjadi dalang kerumitan tersebut untuk segera menyudahi perbuatannya. Apalagi, hal tersebut jelas berdampak pada masyarakat.
“Jadi tolong kepada dalang-dalang itu, sudalah cukup memperalat para penguasa, kasihan. Dulu Pak Hasan Aminuddin dan Ibu Tantri yang kalian sesatkan, sekarang pak timbul dan kiai yang mau kalian korbankan. Di tengah kegaduhan ini, lagi-lagi masyarakat yang dikorbankan dan dibenturkan,” tegas dia.
Dirinya menilai bahwa mencari rezeki dengan cara tersebut adalah cara yang tidak dapat dibenarkan. Ia mengkiaskan dengan profesinya yang sebagai seorang tukang becak. Meskipun cenderung tak setinggi pejabat, setidaknya penghasilan yang didapat ia pastikan lebih berkah.
“Kasihan, tidak baik cara cara seperti itu dijalankan, sudalah mending jadi tukang becak seperti saya, dapat rejeki sedikit tapi barokah bisa bahagia dan menikmati hidup daripada tamak tapi mengorbankan banyak orang terutama nasib masyarakat Probolinggo,” bebernya.
Dirinya juga mengingatkan agar Plt Bupati Probolinggo, Timbul Prihanjoko bisa berpikir lebih jernih dalam menyikapi polemik tersebut. Terutama agar tidak turut diperalat oleh oknum yang bertindak sebagai dalang, dan punya kepentingan atas pribadi sendiri.
“Hati-hati Pak Timbul, jangan mau diperalat para dalang itu pak, ingat pak hasan dan bu tantri menderita hidup di dalam penjara, jauh sama anak dan cucu, sementara mereka para dalang itu tetap hidup enak bisa kemana-mana, dengan terus menyusun cara untuk tetap memperalat penguasa, Gajah Mada yang asli itu mempersatukan, kalau ada Gajah Mada tapi mecah belah, itu Gajah Mada KW 100, yang kelaparan,” pungkasnya.*
R/NI