PORSENI PBNU 2023 merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan 1 abad Nahdlatul Ulama berdiri (dok. istimewa) |
Narasi Indonesia.com, SOLO-PORSENI PBNU 2023 Merupakan salah satu rangkaian dari kegiatan 1 abad Nahdlatul Ulama berdiri, PORSENI yang merupakan singkatan dari pekan Olahraga dan Seni Nahdlatul Ulama (Porseni NU) 2023 ini diadakan di Kota Solo mulai tanggal 14 – 21 Januari 2023, salah satu cabang lombanya adalah Musabaqah Qira'atil Kutub (MQK) dan Hifdzil Alfiyah, salah satu cabang lomba yang paling ditunggu-tunggu ini selesai dengan diadakannya penutupan yang dilakukan di Pondok Pesantren Al-Muayyad Mangkuyudan, Surakarta, Jawa Tengah, dalam acara ini sekaligus diumumkan peraih juara MQK dan Hifdzil Alfiyah, sekaligus penyerahan medali.
Dalam acara penutupan lomba, Kyai Mustain Nasoha selaku Koordinator Dewan Hakim / Dewan Juri sekaligus mewakili Pengasuh Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Surakarta ini dalam sambutannya, “ saya sangat optimis, kemampuan yang luar biasa dari para peserta menjadi angin segar untuk masa depan Nahdlatul Ulama, kita punya ratusan kader ulama yang mampu menjelaskan kitab-kitab turost dengan sangat detail”.
Untuk memperindah sambutannya, dalam muqodimah sambutan, Kyai muda berumur 30 tahun ini dengan fasih membaca Muqodimah Kitab Kanzur Roghibin (Mahalli) dan mengatakan bahwa, “saya tadi dalam membuka sambutan ini membaca Muqodimah Mahalli, dengan harapan kelak akan diadakan MQK Mahalli di Pondok Pesantren Al Muayyad Mangkuyudan Solo ini. Pondok Pesantren Al Muayyad sejak berdiri tidak pernah satu jengkalpun tidak Bersama Nahdlatul Ulama, kami selalu ada digarda paling depan mendukung dan berpartisipasi disetiap kegiatan yang diadakan Nahdlatul Ulama".
“Saya sampaikan pesan dari pengasuh KH. Abdul Rozaq Sofawi dan Ketua Yayasan Gus Faisol Rozak terimakasih sedalam-dalamnya telah mempercayai Al Muayyad sebagai tempat diadakannya lomba, dan mohon maaf banyak kekurangan dalam penyambutan dan lain sebagainya. Kemudian sebagai koordinator Juri, saya juga perlu menyampaikan bahwa kami ( para juri ) telah berusaha sejujur mungkin dan berusaha sesesportif mungkin dalam memberikan penilaian, bahkan dalam pemanggilan nama peserta, kami minta tidak menyebutkan asal Provinsi agar kami tidak tahu peserta dari mana. Demi terciptanya lomba dengan hasil para juara yang kredibel.” pungkasnya.
Disela kesibukan berdakwah dimasyarakat dan mengajar para santri, wartawan kami diberi kesempatan untuk mewawancarai beliau, dalam wawancara kepada Kyai yang juga Dosen Ilmu Hukum dan Direktur Pusat Studi Konstitusi dan Hukum Islam Fakultas Syariah UIN Raden Mas Said Surakarta ini beliau menuturkan bahwa, “Sebenarnya saya merasa belum pantas menjadi juri Lomba berkelas Nasional dan tentu sangat bergengsi ini, ngapunten nggih, (maaf ya) menjadi peserta saja saya merasa belum pantas, tapi saya adalah santri, apapun dawuh Kyai, apapun dawuh NU saya pasti mengatakan inggih nderek dawuh ( siap mengikuti perintah ). Dan saya berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan dawuh ( perintah ) ini. Saat itu dawuh untuk menjadi juri disampaikan oleh KH. M. Iqbal sekalu Pengurus PB RMI NU.”
Ketika ditanya tentang persiapan, beliau mengatakan, “secara khusus saya tidak memiliki persiapan materi pertanyaan, Iya, saya pasti tetap murojaah beberapa Kitab yang menjadi Syarah Alfiyyah, Balaghoh dan beberapa Kitab Tafsir yang berhubungan dengan gramatikal Bahasa arab, akan tapi saya lebih banyak memikirkan tentang bagaimana menyambut dan memuliakan para Kyai dan Nyai yang menjadi Dewan Juri selama tinggal di Solo. Bagi saya berkhidmah dan ngalap barokah kepada beliau itu adalah kesempatan yang mungkin tidak akan Kembali kedua kali lagi".
Ditanya tentang latar belakang belajar Alfiyyah dan Fathul Muid, Gus Mustain Nasoha mengatakan “saya pertama kali belajar Kitab Alfiyyah Ibnu Malik ketika mondok di Pondok Pesantren Al-Faqih Kauman Selo Grobogan, saat itu saya belajar ke Kyai Mufid di MTs – MA Diniyyah Suniyyah Selo. Kemudian belajar Kitab Alfiyyah dan Kitab Fathul Muin kembali di program setahun di Pondok Pesantren Fathul Ulum Kwagean Kediri, dan belajar lagi di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dikitab yang sama dikelas Tsanawiyah. Adapun Ketika kuliah di Fakultas Syariah Universitas Imam Syafii Hadramaut Yaman, kurikulum disana ada Ibnu Aqil syarah Alfiyyah tapi tidak diajarkan Kitab Fathul Muin, selepas Zadul Labib ( syarah Taqrib ) langsung Kitab Kanzur Roghibin syarah Minhajut Thalibin ( Mahalli ). "Kata Gus Mustain yang juga Pimpinan Dewan Asatidz ( Pengasuh ) Pondok Pesantren Darul Qur’an Surakarta ini".
Ketika ditanya tentang pesan untuk para peserta, beliau mengatakan “Saya kagum dan memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada para peserta, semua telah bersungguh-sungguh dalam mengikuti perlombaan ini, saya hanya berpesan untuk membaca Syarah Alfiyyah lebih banyak, hafal Alfiyyah dan khatam Kitab Ibnu Aqil merupakan prestasi yang luar biasa, tapi akan lebih sempurna jika juga mengkaji syarah lainnya, paling tidak pernah ngaji kitab Hasyiyah Soban Alfiyyah, Kitab Ibnu Hamdun syarah Alfiyyah, Kitab Syarah Dahlan Alfiyyah dan lain sebagainya. Akan sangat lengkap jika seorang ahli Alfiyyah juga belajar Qiro’ah Sab’ah, Asyaroh bahkan Arba’ata Asyar, untuk Lomba Fathul Muin sebagaimana pesan para dewan juri memberi saran untuk juga mengkaji undang-undang negara dan konvenan internasional. Kedah kerso nderek zaman (harus mau mengikuti zaman) serta selalu update masalah-masalah kontekstual nasional maupun internasional".
Dalam perlombaan ini ada 12 Dewan juri, 6 untuk Cabang Fathul Muin dan 6 untuk cabang Alfiyyah yaitu beliau sendiri, KH. Abu Yazid Al Bustomi Malang, KH. Azizi Hasbullah Blitar, KH. Abdul Muqsit Ghozali PBNU, KH. Ahmad Kafabihi Lirboyo, KH. Bahaudin Ploso-Kwagean, Nyai Nawal ( istri Gus Yasin ) Nyai Faizah Syibromalisi, Nyai Iffatul Ismiyyah, Nyai Sheila Hasina, Nyai Nadia Abdurrahman Kwagean dan Nyai Ervi Zidni Al Ma’ani Banten.
Daftar Juara MQK dan Hifdzil Alfiyah Porseni NU 2023
Juara MQK Putra
Juara I dengan total nilai 1141 diraih oleh Ananda Ahmad Mihyal Manuto Muhammad delegasi dari Jawa Timur 2.
Juara II dengan total nilai 1084 diraih oleh Ananda Nashih Ulwan delegasi dari Jawa Timur 1.
Juara III dengan total nilai 1062 diraih oleh Ananda Muslimin delegasi dari Sulawesi Barat.
Juara MQK Putri
Juara I dengan total nilai 289 diraih oleh Robiatul Adawiyah delegasi dari Bali.
Juara II dengan total nilai 275 diraih oleh Nisa Marcelia delegasi dari Lampung.
Juara III dengan total nilai 269 diraih oleh Nikmatul Maulida delegasi dari Kalimantan Barat.
Juara Hifdzil Alfiyah Putra
Juara I dengan total nilai 296 diraih oleh Ananda Fadlurrahman delegasi dari Jawa Tengah 2.
Juara II dengan total nilai 294 diraih oleh Ananda Muhammad delegasi dari Jawa Tengah 1.
Juara III dengan total nilai 289 diraih oleh Ananda Ulil Abshar delegasi dari Jawa Timur 2.
Juara Hifdzil Alfiyah Putri
Juara I dengan total nilai 273 diraih oleh Siti Nunik Hajtul delegasi Jawa Barat 2.
Juara II dengan total nilai 271 diraih oleh Sinta Nuriyah delegasi dari Jawa Tengah 1.
Juara III dengan total nilai 256,5 diraih oleh Ananda Robiatul Sholihah delegasi dari Jawa Timur 1.*
Penulis
Panitia MQK Fahul Muin – Hifdzil Alfiyyah
Editor
DC/NI