Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Globalisasi Budaya: Pengaruh Korean Wave (hallyu) Terhadap Kebudayaan Lokal di Indonesia

Jumat, 06 Januari 2023 | Januari 06, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-01-06T11:46:40Z

Penulis Hamim Faqih Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (dok. pribadi)

Narasi Indonesia.com, MALANG-Pada dasarnya, globalisasi merupakan suatu proses integrasi dan interaksi yang bertahap antara suatu entitas, individu dan negara yang berbeda di berbagai belahan dunia. Perkembangan globalisasi menyentuh setiap lini kehidupan manusia yang berdampak terhadap perubahan-perubahan seperti, nilai budaya, ekonomi, sosial dan lain sebagiannya. Seperti yang telah diketahui, adanya globalisasi ini menjadi isu besar sehingga mendapat perhatian besar selama dua decade terakhir. Dalam prosesnya, batasan gegografis suatu wilayah menjadi buram sehingga proses masuknya globalisasi terhadap suatu wilayah menjadi mudah. Tentunya, hal ini akan menjadi permasalahan yang begitu kompleks bagi suatu bangsa mengingat budaya lain dapat dengan mudah masuk dalam kehidupan bangsa lain.


Disamping itu, penyebaran nilai budaya semakin mudah karena dibantu oleh teknologi informasi yang canggih seperti contoh melalui media sosial yang menggunakan akses internet sehingga dapat diakses oleh semua orang di berbagai belahan dunia. Penyebaran budaya tidak lagi menggunakan migrasi berpindah tempat dari suatu tempat ke tempat yang lainnya, karena semua orang dapat menggunakan internet dan media sebagai akses penyebaran budaya. Saat ini, media menjadi alat utama untuk menghubungkan antara agen dan konsumen di era globalisasi. Tidak hanya itu, media juga merupakan alat yang sangat berpengaruh dalam distribusi kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi perubahan gaya kehidupan masyarakat dan membuat masyarakat menjadi konsumen suatu budaya.


Globalisasi dalam konteks budaya sering kita kaitkan dengan budaya westernisasi atau budaya-budaya barat. Tanpa kita ketahui, bahwa globalisasi merupakan proses atau strategi untuk ekspansi produk dan pengaruh termasuk dalam hal kebudayaan. Disisi lain, kebudayaan barat tidak dapat di terima di Indonesia akibat memiliki nilai yang bertentangan dengan kebudayan Indonesia. Namun, dewasana ini muncul sebuah fenomena daru dalam era globalisasi yang selama ini di dominasi oleh kebudayaan barat, yaitu hallyu atau sering disebut dengan Korean wave sebagai bentuk globalisasi budaya versi asia. Sama halnya dengan westernisasi, pola penyebaran budaya korea ini melalui film, drama tv, music pop, fashion, bahkan makanan dan teknologi.


Tidak dapat dipungkiri, bahwa kebudayaan korea yang menyebar dapat lebih di terima daripada budaya barat. Karena kebudayaan korea kurang lebih sama dengan kebudayaan Indonesia serta negara korea yang masih tergolong negara asia sehingga karakter masyarakatnya kurang lebih memiliki sifat dan karakteristik yang tidak beda jauh. Korean wave sendiri pertama kali muncul di Indonesia pada awal tahun 2002 ditandai dengan penayangan drama Endless Love di salah satu TV nasional Indonesia. Adanya Korean music atau K-pop juga tak kalah popular dalam penyebaran Korean wave dengan skala yang lebih luas, penyebaran Korean wave ini terus berlangsung hingga saat ini. Hal ini tentunya menimbulkan dampak-dampak negative bagi keberadaan budaya lokal, fenomena ini berdampak pada tergerusnya nilai identitas bangsa dan bergesernya budaya. Hak tersebut dapat kita lihat dari para remaja Indonesia yang aliran music mereka berubah kepada k-pop, gaya berpakaian mereka yang seolah memperlihatkan idola mereka, makanan-makanan yang hits juga berasal daari korea, serta tontonan film dan drama favorit mereka sebagian besar aadlaha korea. Hal ini berbaha bagi industry-industri music, film , makanan yang ada di Indonesia. Industri-industri yang ada di Indonesia mengandung unsur-unsur budaya lokal sehingga apabila Korean wave ini tidak dapat di bending, maka tidak menutup kemungkinan pergeseran budaya akan terjadi dan mengakibatkan kebudayan lokal akan tenggelam di tempatnya sendiri.


Sebagai remaja, sudah semestinya kita melestarikan kebudayaan yang ada. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara menanamkan nilai kepemilikan sedari dini sehingga ketika sudah dewasa tidak dapat dipengaruhi dengan adanya budaya luar dengan cara memperkenalkan budaya-budaya local, memperkenalkan sejarah bangsanya dan kebudayaannya. Penanaman nilai sedari dini dilakukan agar dapat menumbuhkan rasa kepemilikan terhadap bangsa serta kebudayaannya sendiri. Sehingga kelak ketika dewasa mereka akan memiliki jiwa nasionalisme yang kuat. Tidak hanya itu saja, pemerintah sebagai pemimpin negara juga harus ikut andil dengan cara membatasi atau memfilter hal-hal yang memiliki dampak sterhadap hilangnya nilai kebudayaan, mengadakan pentas seni kebudayaan, menciptakan kegiatan yang melibatkan kebudayaan dan lain sebagiannya. Maka dengan demikian, kebudayaan luar yang masuk ke indonesia tersebut dapat kita bendung dengan tidak meniru dan mengikuti budaya mereka.


Globalisasi tidak hanya berkembang dan berdampak terhadap aspek politik dan ekonomi, akan tetapi juga pada aspek budaya. Karena sifat budaya yang dinamis dan dapat berubah sesuai zaman tidak menutup kemungkinan terpengaruhi oleh globalisasi. Tentunya hal tersebut didukung oleh adanya perkembangan teknologi informasi yang berkembang pesat di era globalisasi sehingga penyebaran yang terjadi semakin mudah dan cepat. Oleh karenanya, penyebaran globalisasii saat ini memanfaatkan teknologi informasi dan hal ini dianggap penting.*


Penulis

Hamim Faqih (Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang)


Editor

RM/NI


×
Berita Terbaru Update