Anjas Fungsionaris HMI Cabang Mataram (dok. pribadi) |
Narasi Indonesia.com, MATARAM-Bumi melapuk belum sempat di sapa, manusia menua belum pada waktunya, apa yang terjadi selain bukan karena mu Tuhan.
Akhir-akhir ini alam terjadi anomali tidak bercinta dengan bumi, manusia tiada bertepi tanpa tujuan apa yang terjadi. Kondisi alam semakin membias keberadaan manusia mengalami keguncangan, banyak fakta primordial dilakukan masyarakat NTB, mulai dari kepercayaan sholat di pantai, lapangan, dan menyakinin adanya manusia mengetahui keadaan di istilakan sebagai "Ruma sehe" sekaligus makan bersama "Sapi" hasil dari donasi masyarakat. Langkah di ambil oleh masyarakat adalah cara untuk mendatangkan "Hujan" supaya di jauhkan gagal panen, kendati dari iradat (Kehendak) Allah.
Tahun 2017 petani pernah mengalami gagal panen, di tahun 2019 petani setengah gagal karena mereka masih bisa mengambil sebagian jagungnya. "Insiden semacan ini tetap akan menyapa bumi ketika manusia sudah mulai panen". Hemat penulis bahwa kejadian tersebut bukan faktor dari alam dan tuhan, tetapi hasil dari buah tangan manusia, yang membuat keadaan tidak bersahabat, "orang bijak mengatakan ketika tangan telah bergerak maka baik buruk akan tertoreh"
Problem pertanian di NTB kerap kali belum usai menemukan jawaban pasti, jiwa masyarakat NTB terus bermuara "keraguan", sosok pahlawan tak kunjung menyapa untuk membawa kegemilangan untuk petani. Pra panen banyak persediaan masyarakat mulai dari jagung 2 dus sampai 4 dus, pupuk hampir 50 sak dalam 1 Ha sampai 4 Ha, pestisida yang berjenis-jenis 15 sampai 25 botol dan lainnya.
Belum lagi harga pupuk, bisi, dan pestisida tiap tahun semakin lonjak naiknya tidak berbanding lurus dengan harga jagung di setiap gudang, pertama di keluarkan pemerintah 4.500, fakta selalu menunjukan turunan harga 3.400 sampai di bawahnya, kenormalan kebijakan pemerintah tidak kunjung sampai, "apa susahnya menormalkan harga kebutuhan pertanian " ?, kehebatan para tengkulak mulai dari permainan di harga pupuk dan obat pertanian lainya tidak bisa di patahkan, "apakah ada kongkalingko dengan pihak pemerintah kabupaten"!. Seharunya pemerintah provinsi dan kabupaten harus mengatensi khusus persoalan pertanian.
Misalakan Selama ini, Pemerintah berupaya membuat berbagai kebijakan Pertanian, namun program dan kebijakan yang telah tetapkan, sepenuhnya belum berjalan secara, efisien dan efektif. Hal ini dapat terlihat dari tidak pernah tercapainya target di sektor pertanian yang bisa memperbesar pendapatan petani dan keluar dari tingkat kemiskinan.
Data BPS Agustus 2020, dari 128, 45 JT jumlah penduduk Indonesia sebanyak 38,23 JT yang bekerja di sektor pertanian, sementara pada februari 2021 BPS menyatakan lapangan pekerjaan dengan rata rata upah tertinggi posisi pertama di isi oleh sektor pertambangan dengan upah rata rata Rp4,2 JUTA/BLN, sementara sektor pertanian berada pada posisi terakhir dengan upah rata rata hanya Rp1,93 Juta/BLN. (Baca :ntbsatu : "Kondisi Pertanian Indonesia" Muhammad Arif Pasca Sarjana Agribisnis UMM)
NTB walkhusus kabupaten Dompu, Bupati abdul kader jaelani sampai sekarang tidak kelihatan program unggulan "JARAPASAKA". Dulu saat datang "Promosi diri" mengatakan "Saya kader jaelani akan mendorong harga jagung naik lonjak sampai 4.000" dan program padi, peternakan, perikanan. "Mulutmu Bencana bagi Dompu" merujuk dari data di atas sebenarnya pertanian menjadi lapangan kerja paling banyak berdasarkan kondisi dan hal itu harus di intervensi secara tuntas pihak pemerintah.
Sekarang, tahun 2023 petani terancam gagal panen, pihak pemerintah harus lebih reaktif sebagai jawaban dari keterpurukan ini, kondisi jagung petani di setiap pelosok asli "Rusak", banyak hasil-hasil di lihat dari media. Kendati keberadaan pertanian hasil dari kehendaknya tuhan sehingga mengalami musibah, namun seharusnya nilai kebermanfaatan pemerintah menjawab sebuah kegagalan petani sekarang. Tentu, hitungan penulis bersentuh pada posisi masyarakat yang sudah "berhutang" di berbagai pemodal artinya pro pemerintah provinsi di perlukan.*
Penulis
Anjas (Fungsionaris HMI Cabang Mataram)
Editor
RM/NI