Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Polemik Konflik Russia-Ukraina Menimbulkan Polarisasi Netizen di Indonesia: Propaganda Siapa yang Paling Massif?

Kamis, 05 Januari 2023 | Januari 05, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-01-05T11:32:44Z

Penulis Firli Widiawan Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang (dok. pribadi)

Narasi Indonesia.com, MALANG-Konflik antara Russia dan Ukraina yang berlangsung sejak tahun 2014 silam dimulai dengan Russia menganeksasi Crimea yang secara notabene kota tersebut masuk dalam wilayah kedaulautan Ukraina, dan Russia juga turut menyalakan api pemberontakan dengan mendukung secara penuh kelompok separatis pro Russia di Ukraina Timur. Dimana hal itu menimbulkan banyak pro dan kontra di antara masyarakat dunia internasional khususnya di dunia maya, hal tersebut menjadi peluang juga bahan untuk melancarkan berbagai propaganda diantara dua negara yang berkonflik dengan tujuan menimbulkan citra positif negara nya masing-masing serta agar mendapat banyak dukungan dari dunia Internasional. Kata propaganda sendiri berasal dari Bahasa latin “Propagre” yang memiliki makna, cara tukang kebun menyemaikan tunas suatu tanaman ke sebuah lahan untuk memproduksi tanaman baru yang kelak akan tumbuh sendiri. Dengan kata lain propaganda juga berarti mengembangkan atau memekarkan (untuk tunas). Dalam sejarahnya propaganda berguna untuk mengembangkan dan memekarkan agama Katholik Roma baik di italia maupun di negara-negara lain. Propaganda juga dapat didefinisikan sebagai aktivitas penyebaran pesan yang terlebih dahulu telah direncanakan secara seksama untuk mengubah sikap, pandangan, serta pendapat dan tingkah laku penerima pesan sesuai dengan pola yang telah ditentukan oleh komunikator.


Di zaman modern ini propaganda tidak lepas dari Politik dan perang, propaganda mendapat peran penting dalam konflik Russia-Ukraina dimana dua negara tersebut beradu kelihaian dalam memperoleh dukungan serta citra positif, sebagaimana kita ketahui bahwa media memiliki posisi yang sangat strategis dalam membentuk, mempertahankan atau mendefinisikan citra. Sejak Russia mengumumkan operasi militer tanggal 24 februari 2022 propaganda sudah mulai dijalankan oleh kedua belah pihak dimulai dengan statemen Vladymir Putin yang memberi tahu alasannya menginvasi Ukraina adalah untuk memberantas Neo-Nazi yang tumbuh di Ukraina. Klaim tersebut langsung di balas dalam waktu yang singkat oleh Ukraina melalui akun Twitter resmi milik pemerintah Ukraina yang memposting gambar karikatur Adolf Hittler sedang membelai wajah Vladymir Putin. Tidak sampai disitu propaganda terus dilakukan oleh kedua belah pihak dengan cara apapun contohnya kasus pulau ular, Ukraina memberi tahu kepada dunia bahwa 13 penjaga pulau ular dihabisi oleh kapal perang Russia. Dan hal tersebut di dukung oleh statemen Zelensky pada siaran pers nya bahwa 13 penjaga pulau ular yang gugur akan diberikan penghargaan tertinggi oleh pemerintah Ukraina dan gugur sebagai pahlawan. Dalam waktu yang singkat Russia membantah klaim yang diberikan oleh Ukraina tersebut, dengan menunjukan beberapa Video yang dipublikasi ke media sosial bahwa 13 pasukan penjaga pulau ular baik-baik saja dan hal itu di benarkan oleh pihak Ukraina melalui akun resmi Marinir Ukraina di twitter.


Terdapat misinformasi serta terbaginya 2 kubu masyarakat dunia maya khusunya nya di platform media sosial twitter yang pro terhadap Ukraina juga pro terhadap Russia, dan hal itu menjadi sokongan serta dukungan untuk melancarkan propagandanya melalui akun-akun fanbase yang berpihak ke Ukraina serta Russia dengan ikut menyebarkan serta membenarkan berita yang dipublikasi oleh kedua belah pihak tidak peduli benar atau salahnya berita tersebut. Kedua belah pihak memainkan narasi yang berbeda untuk mendapat simpati serta empati dari masyarakat internasional, contohnya Russia membangun narasi “Humanis” dengan di dukung oleh video-video yang menunjukan kedekatan tentara Russia dengan warga sipil di daerah konflik dan cara mereka memperlakukan warga sipil tersebut. Hal-hal berikut dengan mudah disebarluaskan oleh para pendukung Russia di media sosial dan mendapatkan respon positif. Sedangkan Ukraina membangun narasi “Heroik” yang di dukung oleh beberapa foto bhawa presiden Zelensky turun ke lapangan dan ikut memimpin pasukan, terdapat pola yang sama dalam penyebaran berita-berita seperti ini, tentu saja dengan dukungan para warganet yang pro terhadap Ukraina menjadi hal yang membuat propagandanya berhasil.


Namun pada nyatanya konflik geopolitik yang melibatkan Ukraina dan Russia berdampak serta melahirkan polarisasi bagi masyarakat Indonesia, masyarakat terpecah menjadi berbagai klaster dengan pemahaman dan pandangan yang berbeda. Pemahaman yang sangat keliru mengenai konflik Russia-Ukraina tersebut bisa menjadi sangat fatal, pemahaman yang keliru ini disebarluaskan dan di bagikan secara berulang-ulang oleh orang-orang yang sebenarnya tidak mempunyai kepentingan dengan sangat bersemangat serta diselimuti rasa percaya diri yang tinggi. Saya melihat bahwa sebagian besar warganet Indonesia suka dengan gaya kepemimpinan Vladymir Putin yang kharismatik serta menunjukan kapabilitas sebagai pemimpin yang di idam-idamkan masyarakat Indonesia, berangkat dari hal tersebut dampaknya banyak dari masyarakat Indonesia yang mengglorifikasi peperangan. Secara tidak langsung dapat diartikan bahwa para warganet telah menjadi sukarelawan sebagai mesin-mesin propaganda kedua belah pihak yang berkonflik.*


Penulis

Firli Widiawan (Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Malang)


Editor

AF/NI



×
Berita Terbaru Update