Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Refleksi Gerakan HMI di Tengah Perayaan Milad Ke-76 Tahun

Senin, 06 Februari 2023 | Februari 06, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-02-07T05:49:04Z

Yusi Ramadani Ketua BEM STTL Mataram (dok. istimewa)

Narasi Indonesia.com, MATARAM-Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) merupakan organisasi yang lahir pada tanggal 5 February 1947 atau setelah 2 Tahun Indonesia merdeka. Dalam upaya membangun bagsa Indonesia yang adil dan makmur, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sering kali mendapatkan berbagai macam persoalan yang ditimbulkan oleh segerombolan organisasi dan lembaga yang tidak suka dengan gerakan HMI dalam menaburkan nilai keislaman dan keindonesian di seluruh daerah yang pada saat itu masih berada pada kekuasaan kolonialisme. Saat ini Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menunjukan bahwa skala prioritas dan model perjuangan harus segera menyusuaikan diri. Konsolidasi demokrasi dan penguatan politik kewargaan harus terus dibangun. Untuk menghadapi cuaca sosial seperti ini, yang dibutuhkan terutama tidak lagi sekedar bersifat fight againt atau "berjung untuk", yaitu sikap proaktif, positif, bukan sekedar reaktif, negative.


Kini yang lebih dibutuhkan bukanlah sekedar semangat berapi-api dan berkobar saja, namun juga kemampuan teknis yang lebih banyak mengarah pada kecakapan problem solution dari pada problem description. Model perjuangan ini meniscayakan kemampuan teknis yang tinggi dan wawasan keilmuan yang mendalam, disertai keterlibatan yang tulus dalam masalah kemasyarakatan. Pilihan ini tak harus saling menghilangkan satu dengan yang lain, namun sebagai prioritas model perjuangan yang lebih relevan. Agar kiprah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) tidak kehilangan nilai tawar dan nilai strategis dalam linkungan sosialnya yang harus bergerak ke depan bukan ke belakang.


Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dimaksudkan untuk menghimpun para pemuda/mahasiswa islam untuk sama-sama berjuang, berdasarkan nilai-nilai islam mempertahankan dan mengisi kemerdekan Indonesia. Sejak awal berdirinya, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mempertahankan komitmenya terhadap keislaman dan keindonesiaan atau keumatan dan kebangsaan. Jadi, setiap kader HMI adalah kader Ummat dan kader bangsa. Oleh sebab itulah, pada awal-awal kemerdekaan Jenderal Sudirman mengatakan bahwa HMI ini merupakan Harapan Masyarakat Indonesia.


Disisi lain komitmen kebangsaaan dan keindonesiaan Himpunan Mahasiswa Islam diwujudkan dalam berbagai peran nyata dalam mengisi kemerdekaan dengan ikut serta menjadi bagian integral dari proses-proses pembangunan, dan proses-proses kebangsaan lannya. Sebagai sumber insan pembangunan, maka insan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diharapkan penjadi penggerak pembangunan bangsa di segala bidang.


Dalam perjuangan menebar nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga banyak memberikan sejarah tentang perjuangan para nabi dalam misi kemanusian. Para nabi selalu menemukan pendustaan dan pelecehan dalam menjalankan dakwah atau penyebaran agama islam. Semua agama sampai pada titik persamaan pandang bahwa kalau Allah Swt hendak memberikan petunjuk kepada manusia semuanya, niscaya kehendak Allah akan terlaksana.


Kebebasan berakidah hanyalah merupakan salah satu elemen yang tidak dapat dipisahkan dari konsep kebebasan yang universal dan utuh. Kebebasan itu merupakan nikmat terbesar yang diberikan oleh islam kepada ummat manusia, setelah berabad-abad hak kebebasan itu tak pernah disebut-sebut, dan setelah raga, akal dan jiwa terbelenggu oleh berbagai bentuk perbudakan, pemerkosaan dan pengusiran. Hingga saat ini Himpunan Mahasisawa Islam (HMI) mengajarkan kepada anggota atau kader-kadernya bersikap baik sesuai dengan perilaku para nabi yang menyebarkan nilai-nilai keislaman kepada ummat-ummatnya pada waktu itu. Dan HMI juga tidak mengajarkan kepada anggotanya mengenai Manipulasi Agama dan Manipulasi Ilmu Pengetahuan dalam setiap perjuangan menabur nilai-nilai Keislaman dan Keindonesiaan kepada masyarakat Indonesia. Karena HMI melihat, manipulasi agama sangat menghambat kemajuan beragama. Demikian juga manipulasi ilmu pengetahuan, manipulasi ilmu pengetahuan ini akan berdampak pada hilangnya kebudayaan dan nilai-nilai kemanusiaan dalam beragama.


Dari sisi keindonesiaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) menyebutkan, bahwa negara Indonesia harus memiliki suatu konsepsi (ide, cita-cita) mengenai hakikat paling dalam dari negara (staatsidee) serta hakikat paling dalam dari tatanan hukum negara. Konsepsi kenegaraan dan hukum di negara Indonesia memeiliki kekhasan masing-masing hingga proses penyelasain masalah yang agak lama. Sehingga dari proses penyelesain masalah inilah HMI hadir dan turut serta dalam memperjuangkan kedaulatan negara Indonesia di tengah beredarnya kaum kolonialisme. Pada saat itu rakyat Indonesia berjuang untuk meraih apa yang memang menjadi haknya yang telah direbut oleh kaum imperialis, yaitu kemerdekaan. Sebelumnya, para penjajah telah mengeruk apapun yang ada di daerah jajahan. Segala cara dilakukan oleh rakyat Indonesia pada saat itu demi mencapai kemerdekaan 100%. Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakan. Sebagai bangsa terjajah sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idialisme dan tuntutan bangsa Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan oleh mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu bangsa. Dan disinilah peran Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) dalam membantu masyarakat dan tentara mengusir para penjajah. Oleh sebab itu HMI menjadi bagian dari ummat dan bangsa dituntut untuk ikut bertanggung jawab dalam proses keumatan dan kebangsaan.


Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada di tanganya, maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Pada saat masyarakat Indonesia menikmati kemerdekaannya, muncullah isu yang mengatakan bahwa Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sering kali menyebarkan ajaran yang tidak sesuai dengan konstitusi negara. Dan pada saat itu HMI dibenci oleh sebagian masyarakat Indonesia lantaran menyebarkan ajaran yang tidak sesuai dengan konstitusi negara. Yang menyebarkan fitnah bahwa, HMI telah memberikan ajaran sesat kepada masyarakat Indonesia waktu itu adalah segerombolan PKI. Dan setelah itu Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terus menyakinkan hati masyarakat bahwa berita yang di berikan oleh PKI itu tidak sesuai dengan ajaran yang kami berikan terhadap masyarakat Indonesia.


Seiring berjalannya waktu, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) berada pada ambang kemunduran. Karna gerakan dalam menabur nilai-nilai keislaman dan keindonesian mengalami kepudaran yang cukup jauh kalo dibandingkan pada masa kejayaannya. Sehingga hari ini perjuangan dan gerakan yang dilakukan oleh Himpunan Mahasisawa Islam (HMI) memiliki perbandingan cukup jauh. Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sekarang banyak melahirkan kader-kader yang gila akan kekuasaan dan jabatan. Sehingga dari situlah yang menjadi perbedaan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) hari ini. Yang membuat HMI berada pada kemunduran adalah karena adanya intervensi pikiran yang dilakukan oleh orang luar terhadap kader-kader HMI.


Disisi lain juga sebagian kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), banyak terjerumus ke hal-hal yang berbaur politik. Politik akan melahirkan dampak negative atau situasi darurat bila orang yang menggunakannya tidak memahami cara pemakaianya dalam mempengaruhi orang lain. Ketika para kader HMI menggunakan politik sebagai alat untuk mempengaruhi orang lain dengan cara positif pasti organisasi HMI saat ini akan lebih jaya ketimbang pada tahun 1950 an.


Untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat Indonesia hari ini, HMI harus mengambil peran nyata bagi meningkatkan kepercayaan public terhadap gerakannya dalam menebarkan nilai keislaman, keindonesian hingga sikap toleransi terhadap orang-orang yang memiliki perbedaan organisasi dan kepercayaan. Untuk itu kader-kader HMI harus lihai ketika memiliki jabatan sebagai ketua umum, karna dari seoranng ketua umum inilah kader-kader akan patuh dalam mengambil keputusan. Sebaliknya, jika ketua umum memberikan perintah yang tidak sesuai dengan AD/ART HMI, maka bersiaplah berada pada jurang kemunduran.


Perlu juga semua kader HMI mempunya tekad baik dalam membantu hingga memberikan solusi terhadap masalah internal Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), karena ketika masalah internal organisasi tidak diberikan solusi atau penyelesaian oleh kadernya, dan organisasi yang kita naungi perlahan hancur.


Untuk membatasi tindakan seperti itu di harapkan kader-kader Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) terus mekar dalam mengambil kesempatan sebagai kader tangguh untuk mempertahankan nilai-nilai keislaman dan keindonesiaan agar tetap berada pada kejayaan abadi. Ditengah perayaan Milad yang akan datang Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) harus bisa menciptakan media Online dan Offline sebagai media pengawas kinerja pemerintah dalam mengambil keputusan hingga membuat kebijakan negara sekarang. Jika media pengawas ini tidak mampu dihadirkan oleh HMI, bisa jadi 10 tahun kedepan pemerintah selalu santai dan tertawa ketika membuat keputusan dan aturan tanpa memikirkan rakyat yang sedang berada pada jalur kemiskinan.


Di era sekarang perlu dihadirkan media pengawas kinerja pemerintahan guna untuk membantu memberikan informasi dan berita kepada masyarakat Indonesia yang saat ini tidak mempercayai informasi dan berita yang dikeluarkan oleh pemerintah. Kenapa demikian, karena media pengawas ini adalah untuk memberikan efek jerah kepada pemerintah yang melalaikan tugas nya sebagai pemerintah.


Kehadiran dan eksistensi HMI, selain berstatus sebagai organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader, juga berperan sebagai organisasi perjuangan yang dengan kesungguhan berjuang untuk melakukan perubahan terhadap segala tatanan yang tidak sesuai lagi dengan tuntutan kontemporer, sehingga tercipta suasana baru yang belum pernah terjadi sebelumnya. Maka sepanjang eksistensi HMI, tugasnya adalah untuk melakukan perombakan, perubahan, perbaikan, penyempurnaan terhadap segala sesuatu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Untuk melakukan tugas-tugas mulia dan luhur itulah diperlukan kerja yang terorganisir, sistematis, tekun, kerja keras, sungguh-sungguh dengan niat ikhlas, tanpa pamrih, amanah karena Allah semata, yang dilakukan setiap anggota, kader, pengurus dengan semangat militansi yang tinggi.*


Penulis

Yusi Ramadani (Ketua BEM STTL Mataram)


Editor

KK/NI


×
Berita Terbaru Update