Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Hari Pendidikan Nasional 2023: Tema, Sejarah, Sosok Ki Hajar Dewantara

Senin, 01 Mei 2023 | Mei 01, 2023 WIB | 0 Views Last Updated 2023-05-02T00:24:35Z

Ki Hajar Dewantara Bapak Pendidikan Nasional (dok. istimewa)

Narasi Indonesia.com, BALI-Bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) pada Selasa, 2 Mei 2023. Peringatan Hardiknas setiap tahunnya bertepatan dengan hari lahir Bapak Pendidikan Indonesia, Ki Hajar Dewantara.


Ki Hajar Dewantara atau yang memiliki nama asli R.M Suwardi Suryaningrat mempelopori pendidikan bagi pribumi pada zaman kolonialisme Belanda. Ia lahir dari keluarga ningrat pada 2 Mei 1889 di Yogyakarta.


Peringatan Hari Pendidikan Nasional juga bertujuan untuk mengingat jasa-jasanya dalam dunia pendidikan. Selain itu, 2 Mei juga diharapkan menjadi momentum untuk menumbuhkan rasa patriotisme dan nasionalisme bagi seluruh insan pendidikan.

 

Ada berbagai cara yang dapat dilakukan untuk menyemarakkan peringatan Hari Pendidikan Nasional. Salah satunya dengan melaksanakan upacara bendera di instansi pemerintah, satuan pendidikan, dan lainnya. Sebagai mana yang tercantum dalam Pedoman Hari Pendidikan Nasional yang dikeluarkan oleh Menristekdikti setiap tahunnya.

 

Tema Hardiknas 2023

Tema Hari Pendidikan Nasional 2023 adalah “Bergerak Bersama Semarakkan Merdeka Belajar”. Hal itu tertuang dalam Surat Nomor 12811/MPK.A/TU.02.03/2023 tentang Pedoman Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tahun 2023 oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia.

 

Selain itu, bulan Mei 2023 juga dicanangkan sebagai bulan Merdeka Belajar seiring dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional 2023. Dalam rangka peringatan Hardiknas 2023, akan dilaksanakan upacara bendera hingga ragam aktivitas lainnya.

 

Kiprah Ki Hajar Dewantara dalam Pendidikan Nasional

Ki Hajar Dewantara bersama rekannya dr. Cipto Mangunkusumo dan E.F.E Douwes Dekker mendirikan Indische Partij. Partai Politik pertama Indonesia pada masa Hindia Belanda itu bertujuan meraih kemerdekaan Indonesia.

 

Ki Hajar Dewantara sangat anti dengan Belanda. Dia pernah melontarkan sindirian keras yang dituangkan dalam bukunya berjudul Als Ik Een Nederlander Was (Seandainya Aku Seorang Belanda).

 

Kritikan pedasnya membuat pemerintah Belanda gerah. Belanda lalu mengasingkan Ki Hajar Dewantara ke Negeri Kincir Angin.

 

Ki Hajar Dewantara tak berkecil hati. Selama menjalani masa pengasingan di Belanda, dia justru mendalami bidang pendidikan dan pengajaran. Hingga pada 1918, ia kembali ke Tanah Air dan berkecimpung penuh di dunia pendidikan.

 

Pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara lantas mendirikan sebuah lembaga pendidikan yang diberi nama Taman Siswa. Berdirinya Taman Siswa tak lain bertujuan untuk mencerdaskan pemuda pribumi, serta menanamkan rasa nasionalisme.

 

Semboyan Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara memiliki semboyan yang digunakan dalam sistem pendidikan di Indonesia. Semboyan dalam bahasa Jawa ini berbunyi Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Semboyan tersebut dapat diterjemahkan seperti berikut ini:

 

Ing Ngarsa Sung Tulada: di depan, seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik


Ing Madya Mangun Karsa: di tengah atau di antara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide.


Tut Wuri Handayani: dari belakang seorang guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan.*

 

Sumber:

detikbali

 

×
Berita Terbaru Update