Foto saat perbincangan Ketua Umum PBNU dengan Dubes Australia (dok. istimewa) |
Dalam kesempatan tersebut, keduanya berbincang mengenai berbagai hal yang menjadi peluang untuk bisa disinergikan. Bukan saja kerja sama dengan Pemerintah Australia sendiri, tetapi juga dengan komunitas-komunitas di Negeri Kanguru itu.
“Pagi ini kami mendapatkan kehormatan kunjungan dari Duta Besar Australia kami membicarakan banyak hal, khususnya peluang kerja sama antara Pemerintah dan komunitas-komunitas Australia dengan Nahdlatul Ulama,” terang kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu, dikutip pada laman resmi nu.or.id.
Gus Yahya juga mengaku mendapatkan undangan khusus untuk dapat mengunjungi negara tersebut guna menghadiri acara yang dihelat di sana.
“Dan saya sudah mendapatkan undangan khusus ke Australia,” kata kiai kelahiran Rembang, Jawa Tengah 56 tahun yang lalu itu.
Gus Yahya juga mengucapkan terima kasih atas kunjungan Dubes Penny ke PBNU. “Terima kasih sekali atas kunjungan ini,” pungkasnya.
Dalam kesempatan tersebut, keduanya berbincang mengenai berbagai hal yang menjadi peluang untuk bisa disinergikan. Bukan saja kerja sama dengan Pemerintah Australia sendiri, tetapi juga dengan komunitas-komunitas di Negeri Kanguru itu.
“Pagi ini kami mendapatkan kehormatan kunjungan dari Duta Besar Australia kami membicarakan banyak hal, khususnya peluang kerja sama antara Pemerintah dan komunitas-komunitas Australia dengan Nahdlatul Ulama,” kata kiai yang akrab disapa Gus Yahya itu.
Sementara itu, Dubes Penny juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Gus Yahya yang telah menerima kunjungannya tersebut. Baginya, sebagaimana diungkap Gus Yahya, NU dan Australia merupakan mitra yang sangat penting untuk menjalin kerja sama dalam berbagai bidang.
“Sebagaimana disebut Gus Yahya tadi, bahwa hubungan yang sangat penting antara NU dan Australia dalam pendidikan, kemanusiaan,” katanya.
Dubes Penny juga menegaskan bahwa pihaknya akan mengundang Gus Yahya secara khusus untuk datang berkunjung ke Australia. “Kita akan secara formal mengundang Anda (Gus Yahya) untuk datang ke Australia,” katanya.
Sebab, lanjutnya, Australia dan NU dapat banyak melakukan kerja bersama. Hal ini mengingat di negara tersebut, terdapat komunitas Muslim yang cukup besar. Pun beberapa hari lalu, ada seorang menteri Muslim pertama Australia yang berkunjung ke Indonesia, yakni Menteri Industri dan Pengetahuan Ed Husic yang merupakan keturunan Bosnia Herzegovina.
“Karenanya ada banyak pekerjaan kolaborasi yang bisa dipersatukan pada pagi ini,” perempuan yang pernah menjalani pertukaran pelajar selama setahun di Jakarta itu.
Rencananya, Gus Yahya diundang ke Australia untuk menghadiri tiga agenda, yakni (1) Mengisi kuliah umum di beberapa kampus, (2) pertemuan dengan beberapa pemerintah resmi Australia, dan (3) Kerjasama strategis PBNU-Australian Government.*
M/NI