Dr. Salahudin Pengamat Politik dari Universitas Muhammadiyah Malang (dok. istimewa) |
Narasi Indonesia.com, MALANG-Peta koalisi di Pemilu 2024, disebut masih sangat cair. Walau, beberapa partai politik sudah ada yang menentukan poros koalisinya. Terutama dalam mendukung capres tertentu.
Pengamat politik dari Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Salahudin Doktor Ilmu Politik menjelaskan komunikasi politik yang dilakukan para elit partai beberapa waktu lalu adalah indikasinya. Walau sudah tergabung dalam poros koalisi tertentu, tetapi komunikasi politik hingga rayuan untuk ikut dalam koalisi partai tertentu, masih dilakukan, dikutip pada laman resmi VIVA.co.id.
Dr. Salahudin mencontohkan, seperti komunikasi politik yang dilakukan antara Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar dengan Ketua PDIP Puan Maharani. Walau, PKB sudah berada dalam Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya atau KKIR bersama Gerindra dan mengusung Prabowo Subianto sebagai capres.
“Politik Pilpres 2024 sangat dinamis, berubah setiap saat, tidak ada kepastian, bagai bola liar yang tak menentu di titik mana ia berhenti dan menetap. Politisi butuh waktu dan menanti situasi yang tepat untuk menentukan pilihan dan sikap politik,” kata Salahudin, saat dihubungi, pada Senin (7/8/2023).
Sikap yang masih belum pasti tersebut, menurutnya karena kepastian koalisi juga masih belum ada. Seperti antara PKB dengan Gerindra, yang menurutnya karena Prabowo belum menentukan cawapres. Sementara koalisi telah dibangun sejak Agustus 2022 lalu.
“Prabowo belum menentukan sikap siapa cawapresnya, membuat Cak Imin (Muhaimin Iskandar) mendekati sejumlah petinggi partai lain seperti PDIP yg mengusung Ganjar sebagai capres. Tentu, Cak Imin berharap Ganjar dan PDIP memilihnya sebagai cawapres Ganjar,” pinta pengajar Ilmu Pemerintahan FISIP UMM tersebut.
Begitu juga dengan Demokrat. Jelas Dr. Salahudin, meski tergabung dalam Koalisi Perubahan bersama Nasdem dan PKS, tetapi partai yang diketuai oleh Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY itu, masih membuka diri untuk melakukan komunikasi politik dengan partai-partai lain. Belakangan termasuk pertemuan dengan Puan Maharani, juga dengan Gerindra beberapa pekan lalu.
“Ini menunjukan bahwa AHY masih membuka kemungkinan koalisi dengan partai lain di luar Koalisi Perubahan,” lanjutnya.
Posisi PPP yang kini resmi mendukung Ganjar Pranowo sebagai Capres 2024 yang dideklarasikan oleh PDIP pada 21 Juni 2023, menurutnya perlu dicermati juga. Sebab, PPP mengajukan nama Sandiaga Uno sebagai bakal cawapres. PPP bahkan yakin kalau Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif atau Menparekraf Kabinet Indonesia Maju 2019-2024, bakal dipilih sebagai cawapres. “Sikap politik PPP bisa saja berubah,” sahutnya.
Sedangkan di PDIP sendiri, menurut Dr. Salahudin juga masih muncul riak-riak ketidak kompakan. Beberapa kader partai itu bahkan terang-terangan membangun komunikasi dengan capres lain. Belakangan langkah Budiman Sujatmiko, kader PDIP, yang menemui Prabowo Subianto, menimbulkan polemik.
Menurutnya, ada kesan kalau mereka lebih mendukung Prabowo sebagai capres. Bahkan lanjut Salahudin, yang paling menarik adalah bagaimana sikap dan dukungan Jokowi d Pilpres 2024. Menurutnya ini menjadi pertanyaan, karena beberapa unsur relawan Jokowi yang jelas-jelas mendukung penuh dia, kini memilih tidak mendukung Ganjar. Malah mendukung kompetitornya, seperti Prabowo Subianto.
Lebih lanjut Dr. Salahudin mencontohkan, bagaimana eks Ketua Jokowi Mania, Immanuel Ebenezer atau Noel, lebih memilih mendukung Prabowo Subianto. Bahkan Noel sebelumnya juga membentuk relawan GP Mania sebagai pendukung Ganjar, tetapi mengundurkan diri dan beralih mendukung Prabowo di Pilpres 2024 ini.
“Lalu kemana Jokowi berlabuh, apakah mendukung Ganjar atau Prabowo? Tentu Jokowi akan menunggu dan melihat situasi politik yang tepat,” tutupnya.*
M/N