Sekretari Umum PP Muhammadiyah (dok. istimewa) |
Narasi Indonesia.com, GRESIK-Pelaksanaan pemungutan suara Pemilu Serentak Tahun 2024 untuk memilih Presiden dan anggota legislatif (DPR) akan dilaksanakan pada Rabu, 14 Februari 2024, pada Selasa (28/11/2023).
Meski posisi Muhammadiyah dalam Pemilu adalah netral-aktif, politik kebangsaan, dan bukan politik praktis/politik kepartaian, Muhammadiyah membebaskan warganya untuk memilih sesuai hati nurani.
Muhammadiyah bahkan mendorong kader-kader yang potensial untuk terjun menjadi politisi dan berpartisipasi sebagai calon legislatif (caleg).
“Ini supaya Muhammadiyah tidak terlalu banyak bicara politik. Biarlah politisi yang bicara politik. Karena kalau kami bicara politik, maka maa al-farqu baina (apa bedanya) kiai dengan politisi?” terang Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, dikutip pada laman resmi Muhammadiyah.or.id.
“Dalam kaitan ini, jangan golput. Kalau golput, itu artinya bapak ibu menggunakan hukum ijma’ sukuti. Tidak ikut berpendapat, tapi ikut pendapat mereka yang menentukan pilihan,” ucapnya.
Mu’ti berpesan agar warga Muhammadiyah tidak antipati dalam Pemilu karena adanya sebagian kecil politisi yang tidak amanah. Sebaliknya, Mu’ti mendorong warga Muhammadiyah menggunakan hak suaranya dengan objektif dan selektif.
“Karena itu maka dalam kaitan politik ini silahkanlah mencermati kader-kader kita dan kalau tidak ada kader, kita bisa siapa saja. Asal visi dan misinya sama dengan visi misi Persyarikatan kita yang tercinta. Mudah-mudahan Pemilu berjalan dengan lancar dan kita bisa menentukan pilihan untuk Indonesia yang berkemajuan,” pungkasnya.*
(m/NI)