Andi Kurniawan Kandidat Ketua Umum PB HMI 2023-2025 (dok. istimewa) |
Narasi Indonesia.com, JAKARTA-Alhamdulillahi robbil ‘alamin. Saya memulai tulisan ini dengan penuh rasa syukur dan bahagia. Karena trailer dan poster film Ayahanda Lafran pane telah resmi rilis. Film yang menurut saya sangat layak untuk ditonton bukan hanya oleh anggota Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), melainkan bagi segenap bangsa Indonesia.
Tulisan ini bukan dimaksudkan untuk promosi ataupun me-review film Ayahanda Lafran. Akan tetapi bentuk ekspresi rasa syukur dan terima kasih saya kepada Tuhan dan HMI.
Sebab, selama saya belajar dan mengikuti proses di Himpunan Mahasiswa Islam sejak 2013, saya diperkenalkan dengan orang yang memiliki komitmen kuat atas idealisme berbangsa dan bernegara juga keberanian untuk mewujudkannya.
HMI menjadi bukti keberanian Lafran Pane ditengah mayoritas organisasi Mahasiswa pada waktu itu merupakan afiliator partai politik, HMI memilih untuk independen. Tentu tidak mudah untuk tampil beda dengan mayoritas. Begitupun dengan Lafran, bukan tanpa tuduhan negatif juga cemoohan yang beliau terima. Tetapi atas izin Tuhan dan komitmen yang kuat beliau berhasil melewatinya.
Saya memberanikan diri menyebutkan seperti keberanian Nabi Muhammad dalam memperjuangkan kebenaran Islam.
Setelah Lafran berhasil meletakkan salah satu unsur bangunan negara Indonesia Tepat dua tahun setelah kemerdekaan. Mesin cetak HMI tiada pernah lelah memberikan sumbangsihnya bagi kemajuan bangsa Indonesia.
Pada tahun 70an, kader terbaik HMI yaitu Nurcholis Majid (Cak Nur) tampil membawa pikiran baru tentang Islam. Banyak pikiran-pikiran beliau yang dijadikan pegangan dalam merespon masalah-masalah ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Sama seperti Lafran Pane, Cak Nur mendapat banyak kritikan keras bahkan tuduhan negatif baik secara lisan maupun tulisan.
Gagasannya tentang sekularisasi menjadi salah satu ujian yang sangat berat bagi Cak Nur pada tahun 1970-1974 dan Prof. Dr. H.M Rasjidi salah seorang yang keras mengkritik Cak Nur. Dengan penuh keberanian dan komitmen yang kuat atas kebenaran, Cak Nur berhasil melewati ujiannya, corak pikirannya sangat berguna bagi kehidupan berbangsa dan bernegara maka sudah sangat tepat diberi predikat guru bangsa.
Jika diawal saya tidak bermaksud promosi dan mereview film, maka sekarang saya tidak bermaksud menulis sejarah perjuangan Cak Nur. Karena terlalu padat dan panjang. Paling tidak dari dua orang aset terbaik bangsa yang secara singkat saya paparkan di atas, kita menjadi tahu bahwa HMI telah memperkenalkan dirinya sebagai pelopor kemajuan bangsa.
Bentuk kepeloporannya bisa kita lihat pada bentuk perisai logo HMI.
Jika di awal saya bahagia atas rilis trailer dan poster film Lafran, sekarang saya justru khawatir apakah dengan dibuatkannya film itu merupakan tanda bahwa HMI sudah saatnya menjadi kenangan ? dan apakah bentuk perisai di logo HMI sebagai simbol semata ?
Pasalnya, di era keberlimpahan informasi saat ini, kepeloporan organisasi ini nampak memudar. Kemampuannya menjadi trendsetter dalam merespon isu nasional maupun global tidak nampak jelas.
Misal gerakan-gerakan kebangsaan seperti gerakan reformasi dikorupsi HMI tidak tampil sebagai inisiator, respon atas konflik israel palestina HMI tidak nampak jelas sikapnya selain membuat statement yang sama dengan mayoritas di media, isu lingkungan tentang perubahan iklim HMI kalah inisiatif dengan seorang anak SMA bernama Greta Thunburg, dalam dinamika politik nasional HMI malah terlihat condong dalam dukung mendukung salah satu paslon bahkan dalam promosi LK 1 gaya iklan HMI terkesan ikut-ikutan tren di sosial media. Mudah-mudahan ini hanya sebatas kekhawatiran semata saya dan semoga kekhawatiran saya atas dirilisnya film Lafran tidak menjadi kenyataan juga bentuk perisai di logo HMI tetap mempunyai makna.
Untuk menjawab kekhawatiran yang saya sebutkan tadi, perlu komitmen dan keberanian yang kuat seperti yang ada pada diri Lafran juga Cak Nur. Akan tetapi saya bukan Lafran juga bukan Cak Nur yang superman. Bukan di era Orde lama juga Orde baru. Saya seorang supertim yang hidup di era keberlimpahan informasi. Oleh karenanya sangat membutuhkan kerjasama kawan-kawan semua dalam mewujudkan kembali kepeloporan HMI dan kembali memberi makna pada bentuk perisai logo HMI sebagai Pelopor Kemajuan Bangsa Indonesia.*
Penulis:
Andi Kurniawan, S.H., M.H.
Editor:
(m/NI)