![]() |
Foto penulis (dok. istimewa) |
Mengawali dengan kalimat yang pernah
disampaikan K.H Agus Salim (Pahlawan Nasional) “Memimpin adalah menderita
(Leiden is lijden)”, sebagai renungan sejenak yang disampaikan oleh K.H Agus
Salim untuk melihat bagaiman murkanya pemimpin kita saat ini menjadikan
sebagai permainan. Agus Salim dikenal sebagai salah satu tokoh perjuangan
nasional. Ia diplomat ulung dan disegani, namun sangat sederhana dan sangat
terbatas dari sisi materi. Jika dicermati, ungkapan tersebut sangat sarat
makna. Memimpin adalah amanah bukan hadiah. Memimpin adalah sacrificing, bukan
demanding. Memimpin adalah berkorban, bukan menuntut, Kabupaten Bima butuh
sosok pemimpin yang mencerminkan tokoh-tokoh seperti ini.
Tesis atas gagasan pemimpin
alternatif muncul karena fakta politik
Kabupaten Bima selama ini dan di perparah dengan situasi dua tahun terakhir prestasi
Kabupaten Bima sangat rendah baik tingkat keamanan, pembangunan dan pemberdayaan
sumber daya manusia sebagai basis dasar menuju Indonesia Emas dan
tranformasi digital, watak yang dimunculkan dari pemimpin pragmatis malah
membuat ketertinggalan dari daerah-daerah lain. Politik pragmatisme cenderung
menjadikan politik sebagai sarana untuk mencapai keuntungan dan kepentingan
pribadi “Pemimpin yang dihasilkan melalui politik pragmatisme akan menghasilkan
pemimpin yang liberal”. Teruntuk buat akademisi, aktivis, LSM (Lembaga Swadaya
Masyarakat) dan mungkin perangkat kerja daerah yang memiliki kepedulian atas
kehidupan yang lebih baik akan mengakui secara lugas bahwa kepemimpinan Bupati
Bima Hj.Indah
Damayanti Putri hadir sebagai
representasi dari keluarga dan lingkaran tertentu (pragmatis), kalau pada PILKADA
(Pemilihan Kepala Daerah) mendatang mengusung anaknya yang sekarang ketua
menjabat DPRD (Dewan Perwakilan Rakyat Daerah) Kabupaten Bima Muhammad
Putera Ferryandi untuk Calon Bupati berarti bukti kongkrit atas
kehausannya dengan Jabatan Pragmatis dan menambah hasrat memonopoli Kabupaten
Bima ke depan, kalau kita semua cinta terhadap kabupaten bima jangan biarkan
bagian dari mereka berkuasa.
Siapa bagian dari mereka (pemimpin
pragmatisme), bagian dari mereka bukan hanya saja darah yang mengalir dari
keluarga HJ.Indah Damayanti Putri tapi kelompok-kelompok yang punya
kepentingan tertentu seperti halnya para Calon Bupati yang kemarin bertarung
itu adalah bagian dari kelompok-kelompok yang besar kemungkinan mengarah ke pragmatisme, dua kali PILKADA (Pemilihan
Kepala Daerah) Kabupaten Bima yang ikut berkompetisi adalah kelompok pragmatisme
(2015-2020), Rasa optimis saya Kabupaten Bima bisa dipimpin oleh orang biasa
yang lahir dari kesehariannya bersama rakyat (ikut memperjuangkan hak rakyat)
dan sudah terlatih sejak dini (sebelum
menjadi bagian institusi pemerintah), sebagai ciri pemimpin alternatif yang di maksud
juga adalah memiliki kecintaan terhadap ilmu pengetahuan yang di amalkan untuk
kebaikan bersama.
Kegaduhan Kabupaten Bima muncul
dimana-mana (aksi protes) dan orang yang tidak berpihak dengan segala kebijakan
daerah Kabupaten Bima harus memajukan perspektif kearah politik untuk
merubahnya secara struktural dan bersatu dengan kelompok yang tidak memiliki
banyak uang dan akses kekuasan lebih dengan membangun kekuatan politik
alternatif demi menjawab kesejahteraan bersama, konsep dan caranya butuh
mendiskusikan bertahap.
Mengenal
Pemimpin Alternatif
Pemimpin yang
efektif memiliki kemampuan untuk berkomunikasi dengan baik, bagaimana
memotivasi teamwork, menangani dan mendelegasikan tanggung jawab, mendengarkan
umpan balik (feedback), dan memiliki fleksibilitas untuk memecahkan masalah di
tempat kerja yang selalu berubah.
Kenapa haru
Pemimpin Alternatif?, Alternatif dalam hal ini adalah terminologi politik
sebagai jalan akselerasi untuk mencapai harapan yang di impikan lewat jalan
politik kepentingan bersama, sebagai mana jalan politik yang di cita-citakan
oleh pemimpin sekarang (pragmatis) tidak mencapai hasil yang di inginkan secara
bersama. Pemimpin alternatif sebagai antithesis pemimpin pragmatis yang hanya mementingkan
diri dan kelompok tertentu.
Kesadaran politik masyarakat Bima sangat
tinggi dengan melihat tingkat antusiasme setiap PILKADA berlangsung dengan
perdebatan di tongkrongan (Sarangge)sampai
memusuhi saudara sedarah gara-gara beda pihan politik, orang yang memilih pada
akhirnya dikhianati dengan mudah padahal sudah mengorbankan semuanya. Setelah pemilihan
Bupati berlangsung dengan gampang terjadi mutasi jabatan, pergantian jabatan
baru dan rakyat biasa yang tidak memiliki jabatan di institusi pemerintah
benar-benar tidak di untungkan sedikitpun dari program daerah selama ini,
bantuan sosial rata-rata didistribusi langsung dari pemerintah pusat, pada pengembangan
ekonomi daerah di bentuknya BUMD (Badan Usaha Milik Daerah) malah menghabiskan
anggaran yang ada, yang harusnya menjadi sumber pendapatan daerah.
Dengan tingkat politik yang sangat antusias mari manfaatkan untuk kebaikan bersama dan memajukan daerah, kita insaf atas sikap politik yang selama ini salah total dengan benar-benar melihat orang yang sadar sosial dan punya keterampilan dalam memimpin Kabupaten Bima ke depannya. Pemimpin alternatif Kabupaten Bima lahir sebagai pembeda dari gaya kepemimpinan pragmatis yang tidak peduli dengan kesejahteraan mayoritas masyarakat, dengan pemimpin alternatif menjanjikan Kabupaten Bima layak di perhitungkan dalam urutan daerah Kabupaten termaju secara ekonomi, politik dan budaya masyarakat, Siapa pemimpin alternatif tersebut :
1. Lahir dari kelompok masyarakat pro-demokrasi (aktivis sosial);
2. Kemampuan intelektual dan praktek yang mumpuni;
3. Tidak memiliki watak kompromis;
4. Tidak terlena dengan harta kekayaan dengan memanfaatkan jabatan politik;
5. Siap di uji kelayakan oleh publik;
6. Menghargai kultural kearifan lokal.
Enam ciri diatas merupakan poin umum
sebagai rujukan kalaupun di kategori sebagai sebuah konsep yang ideal tentang
Pemimpin Alternatif (tidak lari jauh
dari enam poin tersebut), mendiskusikan harus dimulai dari sekarang oleh seluruh kelompok aktivisme Kabupaten Bima
untuk menstimulasi kekuatan masyarakat sipil.
Cukup memungkinkan Kabupaten Bima bisa
melahirkan pemimpin berdasarkan standar-ketentuan bervisi kerakyatan (bukan
orang kaya raya “hal sederhana yang bisa di pahami”), sebab dari kalkulasi saya
mayoritas masyarakat bima untuk anak muda kelahiran tahun 1995 keatas mayoritas
berpendidikan tinggi dan terpapar oleh paham aktivisme mahasiswa yang membicarakan
kemajuan suatu bangsa, mari kita bungkus lebih kecil obrolannya untuk memajukan
daerah Kabupaten Bima yang sedang dalam keadaan darurat politik ini. hal yang
paling memungkinkan untuk membuat pembahasan Pemimpin Alternatif lebih ramai
adalah tugas kelompok mahasiswa merumuskan menjadi pembahasan yang sangat
mendesak baik itu melalui seminar, kuliah umum dan memajukan lewat karya tulis ilmiah
(Skripsi, Jurnal, Artikel dll).
Sebagai mayoritas masyarakat Bima yang beragama Islam saya memberikan kalimat penutup dari ulama besar kita, politik mendapat kedudukan dan tempat yang hukumnya bisa menjadi wajib. Para ulama kita terdahulu telah memaparkan nilai dan keutamaan politik. Hujjatul Islam Imam Al-Ghazali mengatakan bahwa Dunia merupakan ladang akhirat. Agama tidak akan menjadi sempurna kecuali dengan dunia. maka jadikanlah politik sebagai ladang kebenaran menuju akhirat dengan kemanusiaan (humanis) sebagai puncak pengabdian politik Daerah Kabupaten Bima, Pemimpin Alternatif adalah kebutuhan yang sangat mendesak sebagai obrolan publik dan rakyat sipil harus membangun kekuatan otonom sendiri (politik sebagai ibadah).*
Tulisan
ini sengaja dibuat berseri sehingga muatan kritikan beserta masukan dan
saran untuk dimuatkan dalam seri berikutnya (Pemimpin Alternatif ), Seri 1 sebagai pengantar.
Penulis:
Fahrul Ramadhan (Bima Opposition Community Qualification)
Editor:
(m/NI)