Narasi Indonesia.com, MATARAM-Cinta.., dulu dirimu pernah berjanji dengan sejuta sumpahmu, tidak ada hati lain yang semayam didalam kalbumu, kecuali aku.
Cinta…, dulu dirimu pernah bersumpah, bahwa dirimu akan teguhkan pendirianmu untuk menunggu waktunya agar kita bisa bersatu.
Cinta…, kini diriku sadar, bahwa sumpahmu yang dulu hanyalah ilusi, dulu dirimu pernah berjanji bahwa tidak akan tergoyahkan dengan apa pun itu, apalagi materi.
Cinta…, kini semua tinggal kenangan semua yang terucap dari bibirmu telah engkau khianati, dirimu telah mengkhianati hati yang rela bertahan.
Cinta…, dirimu berdalih bahwa hidup ini tidak cukup dengan cinta, karena semuanya harus melibatkan akal.
Cinta…, yakinlah, cinta tanpa melibatkan hati justru akan memberikan rasa yang tak utuh, sebab kesuciannya tidak bisa engkau tukar dengan logika semumu.
Cinta…, logika hanya melihat realitas tapi buta dengan ketulusan. Yakinlah,, sesuatu yang dibangun dengan logika akan berakhir dengan kisah yang tak indah, sebab hanyalah pelacur yang bercinta tanpa melibatkan rasa.
Cinta…, ku sudahi segala yang terukir, kan ku tinggalkan semua kenangan pernah engkau titipkan.
Cinta…, tanggal 28 April kita telah bersama dalam merajut sebuah rasa untuk membangun satu komitmen dan membawa kapal cinta ini agar berlabuh di dermaga cinta yang kita impikan.
Cinta…, kapal kita telah karam diterpa ombak dan badai sehingga tidak mampu sampai pada pelabuhan yang kita impikan. Kini janjimu hanyalah sebuah kenangan, dirimu tidak mampu melawan restu. Engkau meninggalkan luka yang tak berbekas tapi membuat dada terasa sesak.*
Penulis:
Anas Munandar, M.Pd.