Foto ilustrasi (dok. istimewa) |
Narasi Indonesia com, JAKARTA-Hamas telah menyampaikan proposal gencatan senjata di Gaza kepada mediator dan Amerika Serikat (AS) yang mencakup pembebasan sandera Israel dengan imbalan kebebasan bagi tahanan Palestina, 100 di antaranya menjalani hukuman seumur hidup, menurut proposal yang dilihat oleh Reuters.
Mengutip dari Reuters, pada Jumat (15/03/2024), Hamas mengatakan pembebasan awal warga Israel akan mencakup perempuan, anak-anak, orang tua dan sandera yang sakit sebagai imbalan atas pembebasan 700-1.000 warga Palestina yang ditahan di penjara-penjara Israel. Pembebasan "perekrutan perempuan" Israel juga disertakan dalam proposal gencatan senjata tersebut.
Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pada hari Kamis bahwa proposal gencatan senjata baru di Gaza yang diajukan oleh Hamas kepada mediator masih didasarkan pada "tuntutan yang tidak realistis", dikutip pada laman resmi CNBC Indonesia.com.
Israel mengatakan perkembangan terkini mengenai masalah ini akan diserahkan kepada kabinet perang dan kabinet keamanan tambahan pada hari Jumat.
Mesir dan Qatar telah berusaha mempersempit perbedaan antara Israel dan Hamas mengenai gencatan senjata yang seharusnya terjadi karena krisis kemanusiaan yang semakin parah menyebabkan seperempat penduduk di Jalur Gaza menghadapi kelaparan.
Pejabat Qatar tidak segera menanggapi permintaan komentar dari Reuters. Sementara Mesir berusaha agar gencatan senjata di Gaza segera terjadi, dengan meningkatkan pengiriman bantuan ke Jalur Gaza dan memungkinkan pengungsi Palestina di wilayah selatan dan tengah wilayah kantong tersebut untuk pindah ke wilayah utara, kata Presiden Abdel Fattah al-Sisi pada hari Jumat.
"Kita berbicara tentang mencapai gencatan senjata di Gaza, yang berarti gencatan senjata, memberikan bantuan dalam jumlah terbesar," katanya kepada akademi kepolisian Mesir.
Hamas mengatakan, perundingan gencatan senjata telah tersendat selama beberapa minggu terakhir karena penolakan Netanyahu terhadap tuntutan mereka, yang mencakup gencatan senjata permanen, penarikan Israel dari Jalur Gaza, kembalinya para pengungsi di wilayah selatan ke wilayah tengah dan utara, dan meningkatkan bantuan tanpa batasan.
Pada bulan Februari, Hamas menerima rancangan proposal dari perundingan gencatan senjata Gaza di Paris yang mencakup jeda 40 hari dalam semua operasi militer dan pertukaran tahanan Palestina dengan sandera Israel dengan rasio 10 banding satu - rasio serupa dengan proposal gencatan senjata baru.
Israel pada bulan Februari menolak rancangan usulan gencatan senjata dari Hamas, dengan alasan tujuan lama mereka adalah tidak mengakhiri perang sampai mereka menghancurkan kelompok Islam yang menguasai Gaza sejak tahun 2006 itu. Hamas menegaskan bahwa perjanjian harus mengakhiri perang.
Menurut proposal terbaru, Hamas mengatakan tanggal gencatan senjata permanen akan disepakati setelah pertukaran sandera dan tahanan awal, serta batas waktu penarikan Israel dari Gaza.
Kelompok tersebut mengatakan semua tahanan dari kedua belah pihak akan dibebaskan pada tahap kedua dari rencana tersebut.
Sejak perang yang meletus sejak 7 Oktober 2023 lalu, serangan udara, laut dan darat Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 31.000 orang dan melukai lebih dari 71.500 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza.*
(m/NI)