Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo (dok. CNBC Indonesia) |
Narasi Indonesia.com, JAKARTA-Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengungkapkan keprihatinan mereka atas tekanan ekonomi global yang semakin meningkat, yang berpotensi membuat pertumbuhan ekonomi dunia stagnan. Pernyataan tersebut disampaikan dalam dua kesempatan terpisah, menyoroti kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, pada Senin (29/4/2024).
Sri Mulyani mengungkapkan dalam merilis kondisi APBN kuartal I-2024 bahwa ketidakpastian ekonomi dunia disebabkan oleh konflik geopolitik yang meningkat, khususnya eskalasi antara Iran dan Israel, serta tren suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat (AS) yang masih tinggi. Hal ini telah menyebabkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, dengan nilai tukar mencapai Rp 16.200 per dolar AS.
Sri Mulyani menegaskan bahwa pemerintah harus waspada terhadap kemungkinan gangguan lebih lanjut dalam rantai pasok, terutama dalam sektor minyak dan gas, yang dapat berdampak pada inflasi.
Perry Warjiyo, dalam hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) April 2024, juga menyoroti risiko ekonomi global yang meningkat. Bank Indonesia telah melakukan pengukuran risiko untuk mengantisipasi dampak dari tekanan ekonomi global, termasuk risiko dari konflik di Timur Tengah dan potensi kenaikan suku bunga bank sentral AS, Fed Fund Rate.
Berdasarkan pengukuran tersebut, Bank Indonesia memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25%, untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan mengendalikan inflasi.
Kedua pejabat tersebut juga menyoroti proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang rendah, dengan IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia pada 2024 hanya akan mencapai 3,2%, tanpa perubahan signifikan dari tahun sebelumnya. OECD bahkan memperkirakan pertumbuhan ekonomi dunia di bawah level yang diprediksi IMF, yaitu 2,9%. Hal ini menunjukkan bahwa tantangan ekonomi global akan tetap ada dalam waktu yang akan datang.
Dalam menghadapi kondisi ekonomi global yang sulit ini, Sri Mulyani dan Perry Warjiyo menegaskan pentingnya kebijakan yang antisipatif, proaktif, dan berorientasi pada stabilitas. Langkah-langkah seperti menaikkan suku bunga acuan dan memperkuat mitigasi risiko adalah bagian dari strategi untuk memastikan bahwa dampak negatif dari ketidakpastian ekonomi global dapat diminimalkan, sementara stabilitas ekonomi dalam negeri tetap terjaga.*
(m/NI)