Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Lingkungan Sebagai Sarana Komunikasi Bagi Peradaban Umat Manusia

Kamis, 30 Mei 2024 | Mei 30, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-05-30T15:30:00Z


Narasi Indonesia.com, MATARAM-Untuk mengawali penulisan ini, terlebih dahulu penulis ingin memberikan terminologi dari Lingkungan, Komunikasi, dan manusia. Lingkungan adalah sarana atau tempat bagi mahluk hidup untuk melangsungkan kehidupannya melalui aktivitas atau kebiasaannya. Lingkungan juga diartikan sebagai link atau jaringan yang menghubungkan mahkluk hidup yang berdiam diri ditempat asal dengan mahluk hidup yang berdiam diri diluar tempat asal. 


Komunikasi adalah sarana interaksi mahluk hidup dengan menggunakan variasi bahasa yang berbeda, entah itu bahasa yang bersifat spiritual atau bahasa non spiritual, entah itu digunakan secara langsung maupun tidak. Sedangkan, manusia adalah mahluk yang mempunyai akal budi yang biasanya kita sebut sebagai human intelektual, yaitu, manusia yang mempunyai kecerdasan, baik itu kecerdasan tingkah laku atau kecerdasan lain. 


Pertengahan kata, penulis mengajak teman-teman semua untuk membantu menaruh latar belakang judul bab di atas, yaitu; _Lingkungan sebagai sarana komunikasi bagi peradaban umat manusia_; Pertama, pantaskah lingkungan dijadikan sebagai sarana komunikasi. Kedua, pantaskah lingkungan dijadikan sebagai tempat peradaban umat manusia. 


Pertama, pantaskah lingkungan dijadikan sebagai sarana komunikasi?


Aktivitas mahluk hidup sebelumnya dengan mahluk hidup saat ini mengalami akselerasi berbeda, apa penyebabnya? Penyebabnya adalah hadirnya sarana komunikasi yang adakalanya menjamin ketersediaan perilaku baik melalui komunikasi, dan adakalanya tidak menjamin ketersediaan perilaku baik komunikasi kepada mahluk hidup lainya. 


Di lain waktu, lingkungan dan komunikasi adalah kesatuan menyeluruh yang mungkin tidak dapat dipisahkan dari satu kesatuan, karena jika salah satunya dipisahkan, maka salah satunya tidak bisa berdikari dalam menjangkau sara hidup bagi semua mahluk yang terlibat atau hidup di lingkungan tersebut. Oleh karenanya, jika di antaranya hilang, separuh kehidupan juga akan hilang, belum lagi kebalikannya. 


Pada saat waktu yang bersamaan, komunikasi juga dijadikan sebagai alat melumpuhkan lingkungan, kok bisa? Hal demikian terjadi melalui resistensi diplomatik para petinggi kebijakan, contohnya adalah pengalokasian pengembangan lingkungan yang tidak teratur dan dari pengalokasian ini menyebabkan komunikasi melumpuhkan sumber daya lingkungan yang ada. 


Kedua, pantaskah lingkungan dijadikan sebagai tempat peradaban umat manusia?


Manusia dan lingkungan adalah kesatuan yang utuh seperti yang disampaikan oleh penulis di rumusan masalah yang pertama. Bagi penulis, lingkungan bisa menjadi tempat yang nyaman bagi manusia untuk hidup, serta menjadi sarana penopang bagi keberlanjutan kehidupan manusia yang akan datang, apalagi manusia yang berperan aktif dalam memenuhi kualitas maupun sumber daya dukung dan daya tampung lingkungan itu sendiri. 


Peradaban umat manusia dewasa ini sangat memprihatinkan dan juga tidak, keterangannya meliputi ketersediaan daya tampung lingkungan yang semakin mengikis dalam menjawab ketersediaan untuk keberlanjutan hidup umat manusia. Tanpa disadari, Genosida Ekologi semakin nyata terjadi di kehidupan mahluk hidup. Genosida yang terjadi adalah berupa masukannya Environmental Political, yaitu, politik lingkungan hidup. Politik lingkungan hidup ini berupa pemanfaatan sumber daya lingkungan yang tidak sesuai, sehingga dari pemanfaatan tersebut memicu genosida terhadap ekologi atau tempat mahluk hidup berdiam diri. 


Sebagai bahan ajar, penulis melihat kondisi lingkungan, komunikasi, dan manusia hari ini dapat terwujudkan secara menyeluruh bila kematangan pengembangan dan dorongan transisi energi hijau terlaksana tanpa adanya Environmental Political, karena kalau dilihat dari sejarah, awal mula kerusakan lingkungan yaitu, pada saat industrialisasi 1.0, dimana manusia mengembangkan teknologi tanpa melihat jangka panjang ketersediaan lingkungan dalam menampung residu atau dampak yang ditimbulkan oleh teknologi.*


Penulis:

Yusi Ramadani (Mahasiswa Prodi Teknik Lingkungan STTL Mataram)


Editor:

(m/NI)

×
Berita Terbaru Update