Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Peringati Hari Lahir Pancasila, Prodi PPKn FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram Gelar Kuliah Pakar

Senin, 03 Juni 2024 | Juni 03, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-06-03T07:44:22Z


Narasi Indonesia.com, JAKARTA-Dalam rangka memperingati Hari Lahir Pancasila yang jatuh pada tanggal 1 Juni, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Mataram menyelenggarakan kegiatan “Kuliah Pakar: Refleksi Hari Lahir Pancasila” dengan tema “Pancasila sebagai Pondasi Dalam Menguatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa”.


Kegiatan yang berlangsung pada Senin (03/06/2024) ini menghadirkan dua narasumber terkemuka, yaitu Prof. Dr. Mukhamad Murdiono, M.Pd dari Universitas Negeri Yogyakarta sebagai narasumber eksternal, dan Dr. Sri Rejeki, M.Pd, dosen PPKn Universitas Muhammadiyah Mataram sekaligus Kepala HRD di Universitas Muhammadiyah Mataram sebagai narasumber internal.


Acara tersebut dilaksanakan secara hybrid, menggabungkan format luring dan daring, serta dihadiri oleh peserta dari berbagai kampus di Nusa Tenggara Barat maupun seluruh Indonesia. Kegiatan ini dibuka untuk umum, dengan tujuan agar seluruh warga negara Indonesia, khususnya mahasiswa, dapat mengikuti dan merasakan langsung perayaan Hari Lahir Pancasila di mana pun berada serta mendapatkan pengetahuan yang bermanfaat.


Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram dalam sambutannya menegaskan pentingnya memperkuat identitas diri untuk mencegah perpecahan bangsa. “Kita harus memperkuat identitas diri agar tidak ada perpecahan bangsa,” ujarnya.

Prof. Dr. Mukhamad Murdiono, M.Pd dalam pemaparan materinya menekankan pentingnya pemahaman mendalam tentang Pancasila. “Jika Pancasila hanya di kelaskan/seminarkan, maka Pancasila tidak bisa di kokohkan menjadi ideologi,” katanya, menggarisbawahi bahwa Pancasila harus lebih dari sekadar simbol seremonial.


Dr. Sri Rejeki menambahkan bahwa persatuan bukan hanya tentang narasi, tetapi juga tentang perasaan, deskripsi, dan implementasi. “Persatuan itu bukan hanya apa yang dinarasikan, tetapi apa yang dirasakan, dideskripsikan, dan diimplementasikan,” ujarnya. 


Ia juga menekankan bahwa Pancasila sebagai jalan tengah harus menghargai perbedaan, bukan menyamakannya. “Setiap etnis mempunyai karakteristik yang berbeda-beda,” tambahnya.


Kegiatan ini ditutup dengan khidmat, dengan harapan bahwa segala dinamika yang disampaikan dalam pemaparan materi dapat menjadi refleksi bersama untuk lebih menguatkan pemahaman dan implementasi Pancasila.*


(a/NI)

×
Berita Terbaru Update