![]() |
Narasi Indonesia.com, BIMA NTB-Komitmen seorang warga negara Indonesia adalah konsensus terhadap keberagaman. Hal ini didasarkan pada kualitas harmoni dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Berbagai peristiwa yang terjadi belakangan ini menandakan ada hubungan antar umat beragama seperti halnya hubungan yang selaras, rukun, tenggang rasa, saling menghargai dan menghormati, seolah jarang terlihat. Terlebih kuatnya arus media yang memberitakan informasi perpecahan dibandingkan kemufakatan.
Keberagaman masyarakat Indonesia merupakan kekayaan bangsa yang harus dirawat dan dijaga agar menciptakan kehidupan sosial yang harmonis dan berbudaya. Kemajemukan masyarakat Indonesia paling tidak ditandai oleh kenyataan adanya kesatuan-kesatuan sosial berdasarkan perbedaan suku, bangsa, agama, dan adat istiadat. Multikultural yang diperlihatkan oleh masyarakat dalam perayaan hari jadi Bima ke-384 menunjukkan keterbukaan pikiran dan toleransi dalam mengimplementasikan kekayaan budaya Indonesia. Oleh karena itu, penting bagi segenap warga negara untuk merefleksikan, menjaga nilai-nilai luhur budaya untuk menciptakan keharmonisan dalam kehidupan bernegara.
Kerukunan dalam Keberagaman
Pola kerukunan yang dibangun dengan dilatarbelakangi keberagaman tidaklah mudah. Potensi keberagaman dari mulai karakteristik alamiah, budaya yang dikelola selama ini tidak cukup menumbuhkan kesadaran dan rasa syukur akan kekayaan yang beragam. Kerukunan didasarkan pada sikap tenggang rasa seseorang untuk mampu merendahkan ego dan bibit primordial atau eksklusif terhadap sebuah identitas. Kerukunan dilatarbelakangi oleh perbedaan yang menuju pada kesatuan dan persatuan. Kerukunan mungkin tidak akan pernah ada jika tidak belajar dari perbedaan dan keragaman. Oleh karenanya, menumbuhkan kerukunan akan keberagaman dibutuhkan keterlibatan seluruh pihak. Dalam hal ini, integrasi nasional menjadi konsep yang tepat karena pembaruan dan kesatuan sangat dibutuhkan oleh bangsa Indonesia yang beragam.
Kesadaran bahwa keanekaragaman unsur budaya adalah mozaik bagi masyarakat, tetapi tetap perlu diarahkan menuju homogenitas yang ideal menurut konsep penguasa. Keharmonisan dan pengakuan terhadap keberagaman sudah dilakukan secara nyata oleh masyarakat Bima Nusa Tenggara Barat pada momentum peringatan hari jadi Bima yang ke-384.
Bima merupakan salah satu daerah di wilayah Nusa Tenggara Barat yang dikenal dengan suku Mbojo. Pada tanggal 5 Juli 2024, Bima merayakan hari jadi yang ke-384 dengan tema “Sinergi Menuju Bima Ramah yang Maju”. Melalui momentum tersebut, masyarakat Bima melakukan pawai di tingkat kecamatan masing-masing dengan dress code pakaian adat hasil tenun masyarakat setempat. Bentuk pakaian adat tersebut terdiri dari baju yang bercorak khas Bima, tembe nggoli (sarung khas Bima), syal, dan sambolo yang dipakai di kepala.
Pawai serentak menggunakan pakaian adat yang dilakukan oleh masyarakat Bima merupakan manifestasi terhadap keberagaman yang dimiliki oleh Indonesia dari berbagai daerah yang menjadi simbol keharmonisan kehidupan antara suku, budaya, maupun agama. Hal itu menunjukkan kesadaran masyarakat Bima terhadap urgensi keberagaman dalam menginternalisasi nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan berbudaya dan bermasyarakat.
Keberagaman merupakan suatu unsur pemberian bagi Indonesia. Perbedaan merupakan anugerah Tuhan yang luar biasa. Integrasi nilai-nilai budaya yang dilatarbelakangi perbedaan telah menjadikan negara Indonesia kuat dalam persatuan. Hal itu terjadi karena didasarkan pada pengakuan, penerimaan, dan apresiasi satu sama lain dalam hal ide, nilai, budaya, agama, asal-usul keturunan hingga bahasa. Momentum perayaan hari jadi Bima ke-384 dengan menggunakan pakaian adat menunjukkan harmoni bangsa Indonesia dalam bingkai perbedaan.*
Penulis:
Miftahul Khairiah
Editor:
(m/NI)