Narasi Indonesia.com, Mataram- Dalam
rangka perlindungan cagar budaya dan pemajuan kebudayaan, Museum Negeri NTB
menggelar 'Dialog Museum', pada Kamis, (11/7/24).
Dialog bertajuk "Khazanah
Sastra, Tata Negara dan Sosio Budaya Manuskrip Sasak" ini menghadirkan
tiga narasumber yaitu, DREAMSEA (Digital Repository of Endangered and Affected
Manuscript in Southeast Asia), Prof. Dr. Dick van der Meij, Pengrakse Majelis
Adat Sasak, Dr. H. L. Sajim Sastrawan, dan Dosen Prodi PMI FDK UIN Mataram,
Muhammadun, Ph. D.
Dialog ini dihadiri oleh 50 peserta
yang terdiri dari perwakilan komunitas kebudayaan serta budayawan, akademisi,
mahasiswa dan masyarakat umum.
Kepala Museum NTB, Ahmad Nuralam
menyampaikan bahwa kegiatan dialog ini merupakan upaya pihaknya untuk membangun
interaksi kebudayaan di kalangan masyarakat.
Menurutnya, dialog ini mencerminkan
komitmen bersama untuk melestarikan budaya dan membangun dialektika kebudayaan
sebagai proses penghargaan terhadap warisan budaya.
"Kita berharap bahwa dialog ini
akan menjadi awal kolaborasi yang lebih erat antara museum dan masyarakat untuk
memperkuat pengetahuan tentang warisan budaya kita", tuturnya.
Dengan begitu, melalui refleksi ini
Ia berharap dapat menambah wawasan dan khazanah kebudayaan tentang manuskrip
yang ada di NTB.
"Kami harap dialog ini dapat
memberikan pengetahuan terkait dengan manuskrip kita", harapnya.
Hal senada juga disampaikan Kasi
Pengkajian dan Perawatan, Aulia Rahman Adiputra yang juga sebagai panitia
penyelenggara, bahwa dialog ini merupakan upaya pihaknya untuk memberikan
pengetahuan tentang dinamika perkembangan kebudayaan di masyarakat.
"Jadi maksud kami untuk adakan
dialog ini yaitu untuk mendiskusikan tema-tema yang aktual dan selaras dengan
perkembangan museum saat ini", katanya.
Sementara itu, DREAMSEA (Digital
Repository of Endangered and Affected Manuscript in Southeast Asia), Prof. Dr.
Dick van der Meij, menyampaikan terima kasih kepada museum NTB yang telah
mengundangnya untuk mengisi dialog tersebut.
Ia mengatakan bahwa studi naskah
sebagai benda dan juga teks yang ada di naskah merupakan kedua unsur yang
sangat penting.
Sehingga perlu adanya pemahaman
tentang ciri khas dan kebagusan dari benda-benda kebudayaan itu sendiri.
"Kalo kita terjun di dunia
naskah dan terutama teks yang ada di naskah, itu kita harus mulai dulu dengan
study naskah sebagai benda, atau kita mulai dengan teks yang ada di naskah.
Kedua duanya sama pentingnya", katanya.
Editor:
(m/NI)