Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Pemerintah Putin Respons Pembunuhan Ismael Haniyeh, Ini Kata Rusia

Rabu, 31 Juli 2024 | Juli 31, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-07-31T07:27:20Z


Narasi Indonesia.com, Jakarta - Rusia buka suara atas peristiwa pembunuhan pemimpin politik gerakan Islam Palestina, Hamas, Ismail Haniyeh. Pemerintah Presiden Vladimir Putin mengecam keras pembunuhan politik terebut.


"Ini adalah pembunuhan politik yang sama sekali tidak dapat diterima," kata Wakil Menteri Luar Negeri Mikhail Bogdanov, dikutip AFP, dari kantor berita milik pemerintah RIA Novosti, pada Rabu (31/7/2024) pada laman resmi CNBC Indonesia.


"Dan ini akan menyebabkan peningkatan ketegangan lebih lanjut," tambahnya.


Wakil presiden majelis tinggi Dewan Federasi Rusia, Konstantin Kosachev juga memberi pernyataan. Ia memperkirakan "eskalasi kebencian bersama yang tiba-tiba" di Timur Tengah.


"Periode konfrontasi yang paling sulit sedang dimulai di kawasan ini," tulisnya di Telegram.


Hubungan Rusia dan Hamas sendiri terbilang mesra. Februari lalu, Moskow bahkan menjadi tuan rumah pertemuan Hamas dan Fatah, untuk membahas pembentukan pemerintah Palestina yang bersatu di tengah perang Israel di Gaza.


Menteri luar negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan kepada para delegasi bahwa Moskow ingin Palestina bersatu sehingga mereka dapat berunding dengan Israel. Sikap pro-Palestina juga ditujukan Putin.


Sementara itu seruan bagi warga Palestina untuk melakukan pemogokan umum telah muncul setelah berita kematian pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh. Ini dilaporkan TV Al-Aqsa yang berafiliasi dengan Hamas.


Seorang pejabat Hamas mengatakan kelompok itu sebenarnya telah siap membayar berbagai harga dari perangnya di Gaza, termasuk dengan kematian Ismail Haniyeh. Ia juga menyebut akan balasan serius atas kejadian itu.


"Kami terlibat dalam perang terbuka untuk membebaskan Yerusalem dan kami siap membayar berbagai harga," katanya.


Sebelumnya Hamas dan pasukan Garda Revolusi Iran (IRG) mengonfirmasi kematian Ismail Haniyeh. Ia tewas dalam sebuah serangan di Iran, bersama seorang pengawalnya.


"Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat insiden ini, dia dan salah seorang pengawalnya tewas," kata pernyataan dari situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam.


"Penyebab insiden itu belum jelas... sedang diselidiki," tambahnya.


Haniyeh tiba di Teheran pada hari Selasa untuk menghadiri pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian di parlemen. Ia telah bertemu dengan Pezeshkian dan pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei.


Upacara pelantikan pada hari Selasa dilakukan di tengah kekhawatiran akan perang antara Israel dan Hizbullah Lebanon menyusul serangan roket pada hari Sabtu di Dataran Tinggi Golan yang dianeksasi Israel. Pemerintah Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu menuduh Hizbullah bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 12 anak, tetapi kelompok Lebanon yang didukung Iran itu membantah terlibat.


Kemudian pada hari Selasa, Israel menyerang benteng Hizbullah di Beirut selatan sebagai balasan atas serangan di Golan, dengan mengatakan bahwa Israel telah menewaskan komandan yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.


Seorang sumber yang dekat dengan Hizbullah mengatakan bahwa Shukr adalah target tetapi nasibnya masih simpang siur.


Ketegangan regional telah meningkat sejak dimulainya perang Israel-Hamas pada bulan Oktober. Ini juga melibatkan kelompok militan yang didukung Iran di Suriah, Lebanon, Irak, dan Yaman.


Perang di Gaza telah menewaskan sedikitnya 39.400 orang, dengan dominasi anak-anak dan wanita. Iran sendiri konsisten mendukung perjuangan Palestina, sebagai inti dari kebijakan luar negerinya sejak revolusi Islam 1979.*


(m/NI)

×
Berita Terbaru Update