Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Dampak dari Program Makan Siang Gratis Terhadap Peningkatan Jumlah Sampah Anorganik di Indonesia

Jumat, 02 Agustus 2024 | Agustus 02, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-08-03T04:48:16Z


Narasi Indonesia.com, Mataram - Mengawali pembahasan mengenai topik tersebut, penulis mengingatkan bahwa penulisan opini ini tidak mengandung unsur kebencian terhadap program makan siang gratis dari program presiden terpilih Indonesia. Untuk itu mari kita cerna penulisan dibawah ini dengan penuh analisa terhadap dampak dari kondisi yang akan terjadi.


Tentu dengan adanya program makan siang gratis memberi dampak positif bagi tubuh, namun dibalik terselenggaranya program ini, bagi penulis dapat memberi efek negatif bagi lingkungan, jika bekas atau sampah dari makan siang gratis ini tidak dikelola dengan baik. 


Program makan siang gratis di sekolah merupakan inisiatif penting yang bertujuan untuk meningkatkan asupan gizi anak-anak dan meringankan beban keluarga kurang mampu. Namun, salah satu dampak yang sering muncul adalah peningkatan jumlah sampah anorganik, yang dapat berdampak signifikan terhadap lingkungan. Salah satu penyebab utama dari peningkatan sampah anorganik adalah penggunaan kemasan sekali pakai untuk makanan. Plastik dan styrofoam sering digunakan untuk membungkus makanan, yang menghasilkan volume sampah yang cukup besar. Selain kemasan, penggunaan peralatan makan sekali pakai seperti sendok, garpu, dan piring plastik juga berkontribusi pada penambahan sampah anorganik.


Dampak lingkungan dari peningkatan sampah anorganik ini sangat serius. Plastik, yang merupakan jenis sampah anorganik yang paling umum, memerlukan waktu sangat lama untuk terurai dan dapat mencemari tanah serta perairan. Plastik yang terbuang sembarangan bisa menumpuk di tempat pembuangan akhir (TPA) dan mencemari lingkungan sekitar, serta mengganggu ekosistem dan kualitas tanah dan air. Di Indonesia, sistem daur ulang masih terbatas, sehingga banyak sampah anorganik tidak didaur ulang dengan baik dan menambah masalah pengelolaan sampah.


Untuk mengatasi masalah ini, beberapa solusi dapat diterapkan. Salah satunya adalah penggunaan kemasan ramah lingkungan, seperti kemasan berbahan dasar kertas atau bahan biodegradable, yang lebih mudah terurai dan lebih ramah lingkungan dibandingkan plastik. Selain itu, penting untuk mengedukasi siswa dan staf tentang pengelolaan sampah serta menyediakan fasilitas daur ulang di sekolah-sekolah untuk memisahkan dan mendaur ulang sampah anorganik. Meningkatkan infrastruktur pengelolaan sampah di sekolah juga dapat membantu mengurangi dampak negatif.


Secara keseluruhan, meskipun program makan siang gratis memiliki manfaat besar dalam meningkatkan gizi anak-anak, perlu adanya perhatian serius terhadap pengelolaan sampah anorganik yang dihasilkan. Dengan penerapan kebijakan yang tepat dan langkah-langkah mitigasi yang efektif, dampak negatif terhadap lingkungan dapat dikurangi, sehingga manfaat program ini dapat dirasakan secara maksimal baik bagi kesehatan anak-anak maupun bagi lingkungan.


Seperti yang teman- teman baca, bahwa kondisi lingkungan yang baik di ikuti dengan perilaku manusia yang baik dan sadar akan dampak negatif, oleh karena itu mari kita semua mengolah sampah dengan baik.*


Penulis:

Yusi Ramadani


Editor:

(c/NI)

×
Berita Terbaru Update