Narasi Indonesia.com, Jakarta - Pemerintah Iran kembali buka suara soal rencana negara itu untuk menyerang Israel. Terbaru, hal ini diungkap Kepala Staf Militer Iran, Jenderal Mohammad Bagheri, kepada media Lebanon Al Mayadeen, pada Senin (26/8/2024).
Dalam pernyataannya, Bagheri menyebut pembunuhan Kepala milisi Gaza Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran merupakan sesuatu yang tidak dapat dilupakan. Menurutnya, Iran bersama 'poros perlawanan' yang terdiri atas Hamas di Gaza, Houthi di Yaman, Hizbullah di Lebanon, dan sejumlah milisi di Irak akan melontarkan balasan ke Israel.
"Iran akan memutuskan bagaimana dan kapan akan membalas dendam dan tidak akan jatuh ke dalam perangkap provokasi media yang diprakarsai oleh musuh," ucapnya.
"Poros Perlawanan pada gilirannya akan membalas dendam atas darah martir Haniyeh, masing-masing sesuai dengan rencana dan kemampuannya, dan apa yang kita saksikan kemarin hanyalah sebagian dari balas dendam itu," tambahnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Abbas Araghshi menegaskan bahwa respon Iran terhadap pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh oleh Israel pasti akan dilakukan dengan penuh perhitungan. Dalam panggilan telepon dengan mitranya dari Italia, Antonio Tajani, Araghshi mengatakan Iran tidak menginginkan eskalasi tapi tidak akan takut dengan hal itu.
"Pembunuhan Martir Haniyeh dan pelanggaran yang tidak dapat dimaafkan terhadap kedaulatan dan keamanan nasional Teheran memerlukan respons yang pasti, penuh perhitungan, dan akurat," tegasnya.
Awal minggu ini, mantan komandan IRGC Mohsen Rezaei mengatakan dalam sebuah wawancara dengan CNN International bahwa pembalasan Iran terhadap pembunuhan kepala politbiro Hamas akan terukur dengan baik. Ia bahkan mengklaim pembalasan ini tidak akan diketahui oleh Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu.
"Tindakan Iran akan sangat diperhitungkan," kata Rezaei.
"Kami telah menyelidiki kemungkinan akibatnya. Dan kami tidak akan membiarkan Netanyahu, yang tenggelam di rawa, menyelamatkan dirinya sendiri," ujarnya.
Mantan pejabat tinggi IRGC itu mengatakan bahwa harus segera ada gencatan senjata di Gaza, yang sejauh ini berada dalam serangan bombardir membabi buta dari Israel selama 10 bulan terakhir. Ia juga mengkritik Amerika Serikat dan Israel karena memperpanjang perang di Jalur Gaza.
"Jika pada minggu-minggu pertama perang Gaza Amerika Serikat telah menghentikan Israel dan Netanyahu, perang tidak akan meluas," tuturnya.
"Jadi elemen utama dari perluasan perang adalah AS dan Israel. Semakin meluas perang ini, semakin banyak Amerika Serikat akan rusak," tambahnya.*
Sumber: (CNBC Indonesia)