Narasi Indonesia.com, Jakarta - Korupsi di Indonesia telah menjadi masalah serius yang terus menghantui, termasuk di Maluku Utara. Pada dua periode terakhir pemilihan kepala daerah di wilayah ini, kasus korupsi yang melibatkan pemimpin daerah terus terulang dan bahkan membawa mereka masuk penjara. Kondisi ini menunjukkan bahwa praktik korupsi telah mengakar kuat di struktur pemerintahan daerah, menjadikan korupsi seperti candu yang sulit dihindari.
Ketua PB-FORMMALUT baru-baru ini mengangkat suara terkait fenomena ini. Beliau menyatakan bahwa korupsi menjadi 'hantu' yang menakutkan bagi masyarakat Maluku Utara. Menurutnya, masyarakat harus lebih bijaksana dan selektif dalam memilih pemimpin, mengingat dampak buruk yang telah ditimbulkan oleh korupsi.
Empat pasangan calon gubernur yang maju dalam pemilihan kali ini adalah Aliong Mus & Sahril Taher, Benny Laos & Sarbin Sehe, Husain Alting Sjah & Asrul Rasyid Ichsan, serta Muhammad Kasuba & Basri Salama. Dari semua calon tersebut, Husain Alting Sjah dianggap memiliki komitmen yang paling kuat untuk memerangi korupsi, mengingat rekam jejaknya yang bersih dari kasus-kasus serupa.
Sebaliknya, Aliong Mus mendapatkan banyak perhatian negatif, terutama setelah aksi demonstrasi di depan KPK yang menyoroti dugaan korupsi selama masa jabatannya sebagai Bupati Taliabu. Muhammad Kasuba juga sempat berstatus tersangka saat menjabat sebagai Bupati Halmahera Selatan, meski akhirnya kasus tersebut tidak berlanjut.
PB-FORMMALUT menyerukan kepada seluruh rakyat Maluku Utara untuk menggunakan hak pilih mereka dengan bijak. "Pilihlah calon gubernur yang memiliki rekam jejak bersih dan berkomitmen untuk memberantas korupsi," tegas Ketua PB-FORMMALUT.
Hanya dengan memilih pemimpin yang jujur dan berintegritas, perilaku korup yang merugikan masyarakat dapat dihentikan. Pilihan ini menjadi ujian integritas bagi para calon gubernur dan menjadi penentu masa depan Maluku Utara yang lebih baik.*
(s/NI)