Narasi Indonesia.com, Jakarta - Pulau Taliabu, sebuah kabupaten yang biasanya tenang, mendadak menjadi perhatian nasional setelah insiden terbakarnya speedboat milik salah satu calon gubernur (Cagub) Maluku Utara, Beny Laos, pada Sabtu siang, 12 Oktober 2024. Tragedi ini terjadi di Pelabuhan Kota Bobong, Kabupaten Pulau Taliabu, dan memicu keprihatinan mendalam, terutama terkait dengan pelayanan kesehatan dan pembangunan infrastruktur di daerah tersebut, pada Jumat (18/10/2024).
Insiden ini tidak hanya mengguncang masyarakat setempat, tetapi juga memantik perdebatan hangat mengenai kualitas pelayanan publik di Kabupaten Pulau Taliabu. Infrastruktur yang belum memadai serta minimnya fasilitas kesehatan menjadi sorotan, di tengah situasi yang tragis ini. Kejadian tersebut semakin memperjelas masalah-masalah mendasar yang selama ini diabaikan, termasuk kurangnya perhatian terhadap pembangunan jalan dan ketersediaan obat-obatan di rumah sakit.
Sekjen Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Taliabu (PB HMT), Abdul Nasar Rachman, menyampaikan rasa dukanya yang mendalam atas insiden yang menimpa Beny Laos. “Saya dalam hal ini turut berduka cita yang sedalam-dalamnya terkait insiden yang menimpa Bapak Beny Laos, semoga beliau di tempatkan di sisi Tuhan yang Maha Kuasa,” ungkap Abdul Nasar.
Ia juga menegaskan bahwa insiden ini merupakan peringatan keras bagi pemerintah daerah dan masyarakat Pulau Taliabu. Abdul Nasar secara khusus menyoroti dua sektor penting, yakni pelayanan kesehatan dan pembangunan infrastruktur, yang menurutnya perlu mendapat perhatian lebih serius. "Ini menjadi tamparan keras bagi Pemerintah Daerah dan masyarakat Kabupaten Pulau Taliabu, karena dalam segi aspek pelayanan dan pembangunan infrastruktur adalah hal fundamental terhadap keseriusan Pemerintah Daerah untuk membangun Kabupaten Pulau Taliabu," lanjutnya.
Abdul Nasar menyampaikan kekecewaannya atas kondisi fasilitas kesehatan di rumah sakit Bobong, yang dianggap tidak memadai. “Kami sangat menyayangkan, sekelas fasilitas di rumah sakit semacam obat-obatan tidak tersedia untuk pelayanan pasien,” ujarnya. Hal ini diperparah dengan kondisi buruk pembangunan jalan di ibu kota kabupaten yang seharusnya menjadi wajah utama Taliabu.
Lebih jauh lagi, Abdul Nasar juga mengutip pernyataan Sherly, istri dari Beny Laos yang juga menjadi korban dalam insiden tersebut, yang mengeluhkan kurangnya pelayanan di rumah sakit. Menurutnya, ini adalah persoalan kemanusiaan, di mana masyarakat Taliabu berhak mendapatkan layanan kesehatan dan infrastruktur yang layak.
PB HMT menuntut agar DPRD Kabupaten Pulau Taliabu segera mengambil langkah tegas dengan memanggil dan mengevaluasi dinas-dinas terkait. “Kami meminta kepada DPRD Kabupaten Pulau Taliabu untuk memanggil dan mengevaluasi dinas-dinas terkait pelayanan dan pembangunan di Taliabu. Jika tidak ada tindak lanjut dari DPRD, kami PB HMT akan membuat konsolidasi seluruh 12 cabang HMT se-Indonesia terkait masalah-masalah yang terjadi di Kabupaten Pulau Taliabu,” tegas Abdul Nasar.
Insiden ini menjadi pengingat betapa pentingnya peningkatan layanan publik dan infrastruktur, terutama di wilayah-wilayah yang masih membutuhkan perhatian lebih besar. Kabupaten Pulau Taliabu, yang kini menjadi sorotan nasional, diharapkan dapat mengambil pelajaran dari tragedi ini untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya ke depannya.*
(s/NI)