Notification

×

Iklan

Iklan

Indeks Berita

Tag Terpopuler

Tradisi Kalondo Lopi: Peluncuran Kapal sebagai Wujud Kearifan Lokal di Desa Sangiang Wera Bima

Kamis, 24 Oktober 2024 | Oktober 24, 2024 WIB | 0 Views Last Updated 2024-10-24T19:14:34Z

Prosesi kalondo lopi di Desa Sangiang Kecamatan Wera Kabupaten Bima (dok.fb_Shahrir Holland Wera)

Narasi Indonesia.com, Bima NTB - Kalondo Lopi adalah  sebuah tradisi yang hidup di Desa Sangiang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima, yang diwariskan secara turun-temurun oleh masyarakat setempat. Tradisi ini berkaitan dengan peluncuran kapal dari daratan ke lautan yang tidak hanya menjadi momen bersejarah bagi pemilik kapal, tetapi juga menjadi acara adat yang penuh makna bagi seluruh masyarakat desa.


Makna dan Proses Kalondo Lopi

Kalondo Lopi memiliki akar yang dalam dalam tradisi maritim masyarakat Bima. Prosesi ini diawali dengan Do’a Lopi, yang diadakan pada malam sebelum kapal diluncurkan. Do’a ini dipanjatkan untuk memohon keselamatan dan keberkahan bagi kapal yang akan segera berlayar. Dalam Do’a Lopi, terkandung harapan agar kapal tersebut dapat mengarungi laut dengan selamat, membawa rezeki bagi pemilik dan awak kapal, serta dilindungi dari segala marabahaya di lautan.


Do’a Lopi menekankan keseimbangan antara usaha manusia dan kepercayaan kepada Yang Maha Kuasa, menunjukkan bahwa masyarakat Bima tidak hanya mengandalkan keterampilan teknis dalam pembuatan kapal, tetapi juga menjunjung tinggi kekuatan spiritual dalam setiap aktivitas kehidupan, termasuk dalam aktivitas pelayaran.


Gotong Royong sebagai Wujud Kebersamaan

Esensi penting dari tradisi Kalondo Lopi adalah kebersamaan dan gotong royong. Pada hari peluncuran kapal, masyarakat desa secara bergotong royong membantu proses pemindahan kapal dari daratan ke lautan. Ini bukan hanya tugas pemilik kapal, tetapi seluruh warga desa turut serta, baik secara fisik maupun moral. Dalam kebersamaan ini, masyarakat Sangiang memperlihatkan solidaritas yang tinggi, bahwa keberhasilan seseorang adalah keberhasilan bersama.


Momen ini mencerminkan filosofi kehidupan masyarakat Bima, yaitu pentingnya kerja sama dalam menghadapi berbagai tantangan. Tradisi gotong royong yang diterapkan dalam Kalondo Lopi menjadi cermin budaya yang mengedepankan kepentingan bersama, serta nilai saling membantu tanpa pamrih.


Keterkaitan dengan Tradisi Tenun Tembe Nggoli

Tradisi Kalondo Lopi juga dirangkai dengan kegiatan tenun sarung khas Bima, yang dikenal sebagai Tembe Nggoli. Keterlibatan kaum perempuan dalam menenun Tembe Nggoli pada acara ini menjadi simbol pentingnya peran mereka dalam kehidupan masyarakat. Sarung tenun tersebut sering kali dipakai dalam berbagai acara adat, termasuk saat Kalondo Lopi, sebagai representasi identitas budaya dan warisan leluhur.

Proses tenun sarung khas Bima (dok.fb_Sharir Holland Wera)

Tembe Nggoli tidak hanya sekadar kain, tetapi juga menggambarkan ketekunan, kesabaran, dan keterampilan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Dengan memadukan tradisi maritim dan seni tenun, Kalondo Lopi menjadi acara yang menggambarkan kekayaan budaya masyarakat Bima.


Pelestarian Tradisi Kalondo Lopi

Sebagai tradisi yang kaya akan nilai budaya dan spiritual, pelestarian Kalondo Lopi menjadi tanggung jawab bersama, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat setempat. Upaya pelestarian ini penting agar generasi muda tetap mengenal dan melestarikan warisan budaya leluhur mereka, sekaligus sebagai upaya mempromosikan Desa Sangiang sebagai destinasi wisata budaya.


Tradisi Kalondo Lopi tidak hanya menjadi kebanggaan masyarakat Bima, tetapi juga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin menyaksikan prosesi adat yang unik ini. Dengan menjaga dan merawat tradisi ini, masyarakat Desa Sangiang dapat terus membangun identitas budaya mereka di tengah arus modernisasi.


Kalondo Lopi bukan sekadar tradisi peluncuran kapal, tetapi merupakan simbol kearifan lokal yang mengajarkan pentingnya keseimbangan antara usaha dan doa, kebersamaan, serta pelestarian nilai-nilai budaya. Tradisi ini menunjukkan bahwa dalam setiap langkah kehidupan, masyarakat Bima selalu melibatkan elemen spiritual dan sosial yang mendalam. Gotong royong, doa bersama, dan keterlibatan semua elemen masyarakat menjadikan Kalondo Lopi sebagai perwujudan kekayaan budaya yang patut dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang.*


Penulis:

Izul Islamudin


Editor:

(r/NI)

×
Berita Terbaru Update