Narasi Indonesia.com, Jakarta - Amerika Serikat (AS) menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan pengaruhnya di Amerika Selatan, khususnya di Peru, yang menjadi target investasi besar China.
Dilansir Reuters, pada Selasa (12/11/2024), ketika Presiden China Xi Jinping dijadwalkan untuk menghadiri KTT APEC di Peru dan meresmikan megaproyek pelabuhan di Chancay yang dibangun oleh perusahaan negara Cosco Shipping, pergeseran kekuatan ekonomi di kawasan ini makin terlihat, dikutip pada laman resmi CNBC Indonesia.
Sebaliknya, pengaruh AS terus melemah di kawasan yang selama ini dianggap sebagai "halaman belakang" Washington.
Li Xing, profesor di Guangdong Institute for International Strategies, menyebut ini sebagai strategi China untuk mengimbangi pengaruh AS di Indo-Pasifik dan meredam risiko konflik dagang.
"China tidak bisa membangun basis militer di sana karena terlalu sensitif dan akan memperuncing konflik dengan AS. Jadi, China fokus pada hubungan ekonomi terlebih dahulu," ungkapnya kepada Reuters.
Sejak 2015, China telah mengungguli AS dalam perdagangan dengan Peru, menguasai sektor energi hingga pertambangan, dan memperluas jarak perdagangan dengan AS di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump dan Presiden Joe Biden.
Menurut data UN Comtrade, selisih perdagangan China-AS dengan Peru mencapai US$16,3 miliar pada tahun lalu. Eric Farnsworth, mantan pejabat Departemen Luar Negeri AS, memperingatkan bahwa AS perlu segera memprioritaskan kebijakan ekonomi yang efektif di kawasan ini agar Amerika Latin tidak sepenuhnya bergantung pada China.
'Singapura Amerika Latin'
Pelabuhan Chancay yang berlokasi 80 km dari Lima digadang-gadang akan memperkuat jalur perdagangan langsung antara Amerika Latin dan Asia. Pelabuhan ini dijadwalkan untuk diresmikan oleh Presiden Xi Jinping selama KTT APEC dan akan mempersingkat jalur perdagangan untuk barang dari Peru hingga Brasil.
"Kita akan memiliki jalur langsung ke Asia, khususnya ke pelabuhan-pelabuhan di China, yang dapat mempersingkat perjalanan hingga 10-20 hari tergantung rutenya," ujar Menteri Transportasi dan Komunikasi Peru Raul Perez Reyes.
Chancay diharapkan mampu bersaing dengan Pelabuhan Manzanillo di Meksiko dan Long Beach di California. Perez Reyes mengungkapkan bahwa tujuan utamanya adalah menjadikan Peru "Singapura-nya Amerika Latin."
Pergeseran Arah Ekonomi
Sementara itu, pejabat AS berulang kali memperingatkan tentang "konsekuensi tersembunyi" dari investasi China, Peru tampak semakin mendekatkan diri pada Beijing.
"Peru terbuka untuk bisnis dengan semua negara," kata seorang pejabat senior Peru yang tidak disebutkan namanya. "Namun, yang dilakukan China adalah fokus investasi di Amerika Latin dan Afrika, yang memiliki sumber daya yang dibutuhkan."
Peluang ini disambut baik oleh tokoh bisnis seperti Jose Tam, presiden Kamar Dagang Peru-China, yang melihat kehadiran China di kawasan ini sebagai langkah yang agresif dan berjangka panjang.
"China menunjukkan sinyal ketertarikan yang paling jelas di kawasan ini," ujarnya.
Mario de las Casas dari Cosco Shipping juga menambahkan bahwa orientasi Peru terhadap China adalah keputusan bisnis, bukan politik.
"Biarkan AS datang untuk berinvestasi, namun selama bertahun-tahun tidak ada yang dilakukan," katanya, menegaskan bahwa Peru hanya mengikuti kepentingan ekonomi yang menguntungkan.
Investasi Berkelanjutan
Peru tidak hanya menjadi pusat bagi China di Amerika Latin, tetapi juga potensi jalur perdagangan baru bagi komoditas Brasil, seperti kedelai yang ingin mempersingkat jalur perdagangan ke Asia tanpa harus melewati Terusan Panama.
Duta Besar Brasil untuk Peru, Clemente Baena Soares, mengharapkan agar Peru mengurangi birokrasi bagi para pengangkut dari Brasil untuk memaksimalkan dampak pelabuhan Chancay.
AS berpotensi untuk meningkatkan kembali pengaruhnya di wilayah ini, namun para pengamat menilai bahwa tanpa strategi baru, pengaruh AS akan terus tergeser oleh China, yang secara aktif memantapkan kehadirannya di sektor-sektor strategis.*