![]() |
Narasi Indonesia.com, Jakarta - Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendikti-Saintek) Brian Yuliarto pada Senin (24/2/2025), yang berfokus pada peningkatan produktivitas komoditas pangan yang masih rendah. Kesepakatan ini bertujuan untuk mendorong penelitian yang berkelanjutan terhadap produk pertanian Indonesia guna meningkatkan hasilnya.
“MoU ini intinya adalah untuk meneliti komoditas pertanian yang produktivitasnya rendah dan terus meningkatkannya melalui penelitian yang berkelanjutan,” ujar Menteri Amran di Kantor Kementan, Jakarta, usai penandatanganan MoU tersebut. Penelitian ini nantinya akan melibatkan perguruan tinggi dari berbagai daerah di Indonesia untuk membentuk tim khusus yang dapat melakukan riset mendalam.
Mentan Amran menjelaskan bahwa penelitian akan difokuskan pada komoditas yang memiliki produktivitas rendah, seperti bawang putih, kentang, kedelai, padi, hingga sapi. Penelitian ini dirancang untuk dilakukan secara berkelanjutan sampai ada hasil yang maksimal. Sebagai contoh, Amran mengungkapkan bahwa penelitian terhadap sapi Belgian Blue yang dilakukan selama 200 tahun berhasil menghasilkan sapi dengan bobot mencapai 2 ton. Ini menunjukkan pentingnya riset yang panjang dan konsisten dalam mencapai hasil yang optimal.
“Penelitian ini bisa berlangsung sampai 100 tahun, seperti yang terjadi dengan sapi Belgian Blue. Riset yang dilakukan secara konsisten dan berkesinambungan menghasilkan sapi besar dengan bobot 2 ton setelah 200 tahun penelitian,” kata Amran. Penelitiannya tidak hanya terbatas pada tanaman, tetapi juga mencakup aspek lain seperti akar, daun, tanah, dan iklim yang dapat mempengaruhi hasil pertanian.
Dalam MoU ini, setidaknya ada 10 komoditas yang disepakati untuk diteliti lebih lanjut. Menteri Amran mengungkapkan bahwa sekitar 30 perguruan tinggi akan terlibat dalam penelitian ini. Selain itu, penelitian ini juga akan melibatkan dosen dan mahasiswa dari jenjang S1, S2, dan S3. Untuk anggaran penelitian, pihak Kementan, Kemendikti-Saintek, dan perguruan tinggi akan patungan untuk mendanai riset ini.
“Contohnya, penelitian untuk bawang putih akan dilakukan oleh tim peneliti dari IPB sebagai salah satu perguruan tinggi, tapi leading sector-nya ada pada satu perguruan tinggi. Unhas misalnya, akan meneliti jagung, UGM untuk kedelai, dan Universitas Andalas untuk gandum,” jelas Amran. Sebelumnya, Kementan juga telah melakukan kerja sama dengan Institut Pertanian Bogor (IPB) untuk pengembangan varietas padi yang berhasil meningkatkan hasil panen dari 5-6 ton menjadi sekitar 9 ton.
Kerja sama ini diharapkan dapat mempercepat riset dan pengembangan produk pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Dengan melibatkan perguruan tinggi, Kementan berharap dapat memanfaatkan potensi riset yang ada di kampus untuk menciptakan solusi inovatif yang dapat meningkatkan hasil pertanian Indonesia dalam jangka panjang.*
(m/NI)